Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 10:20 WIB | Jumat, 26 Desember 2014

Natal Dalam Kesedihan di Kalangan Kristen Irak

Warga Kristen Irak di Baghdad mengikuti ibadah malam Natal, Rabu (24/12) dalam suasana kesedihan. (Foto: dari Christian Today)

BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM - Komunitas Kristen di Irak  yang tengah diperangi mengadakan ibadah Natal pada Rabu (24/12) malam. Kursi-kursi di Gereja Hati Kudus, Baghdad, diisi oleh orang-orang yang wajahnya mencermin kenangan tentang tahun tergelap mereka.

Dinding perlindungan dari ledakan di bagian luar gereja dan tujuh polisi di luar rumah ibadah itu menunjukkan indikasi ketakutan pemerintah terhadap serangan pad kelompok agama itu oleh jihadis yang menganggap mereka kafir.

Jemaat di gereja itu bernyanyi: "Pujilah Yesus, Tuhan kita.’’ Dan Sebagai dupa dibakar di dalam gereja yang gelap itu.

Para jamaah memberi penghormatan bagi ribuan pengungsi Kristen musim panas ini diusir oleh Negara Islam Irak dan Suriah (NNIS) ketika mereka merebut kota Mosul pada bulan Juni dan bulan Agustus. Hal itu mendorong mereka mengungsi di wilayah Kurdistan Irak, dan kota-kota Kristen di dataran Niniwe menjadi kosong.

"Kondisi terakhir setelah kami tinggalkan, penuh kesedihan bagi saudara-saudara kita, baik itu Kristen atau non-Kristen, orang-orang yang mengungsi dan dikorbankan," kata pastor Thair Abdul Masih kepada Reuters.

"Kristen adalah agama damai dan kami berdoa untuk orang-orang untuk kembali ke rumah mereka. Kami berdoa untuk hilangnya semua kejahatan," katanya.

Beberapa menyampaikan kisah-kisah pribadi dari mereka yang mengungsi pada musim panas ini di Irak utara, yang telah menyebar ke wilayah Kurdistan Irak, Turki dan Lebanon.

"Mereka hidup dalam kesengsaraan... namun kita masih bertukar berkat dan mengucapkan selamat Natal dan Tahun Baru," kata Fadi Rafaat, 27 tahun, pembantu imam. "Kami merayakan kebahagiaan Natal, tapi jauh di dalam kami membawa kesedihan Irak."

Musim liburan menjadi beban berat bagi warga Irak Kristen. Sebelumnya pada hari itu, seorang ibu dan anak di jalan yang sibuk di lingkungan Karrada, berdebat tentang apakah mereka harus tinggal di Irak atau menyerah pada NIIS.

Ibu itu bersikeras dia akan mati di Irak, tapi putrinya ingin sekali melarikan diri. Tahun lalu anaknya dirampok di bawah todongan senjata ketika kerja di toko perhiasan.

"Saya ingin meninggalkan negara ini sesegera mungkin karena kita, orang-orang Kristen, telah diburu oleh para ekstremis dan direndahkan menjadi minoritas yang sangat kecil," kata perempuan itu, yang menolak untuk memberikan namanya. "Hidup ini sangat tidak baik kepada kami hari ini."

Warga Kristen di Irak berjumlah sekitar 1,5 juta orang, dan sekarang diyakini kurang dari 500.000 dari populasi negara itu yang diperkirakan 32 juta, menurut Laporan Tahunan 2013 Kebebasan Beragama Internasional dari  Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.(Christian Today)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home