Loading...
SAINS
Penulis: Reporter Satuharapan 13:16 WIB | Selasa, 18 Juni 2013

PBB: Risiko Kekeringan masih dapat Dikurangi

Risiko bencana kekeringan masih dapat dikurangi walaupun tidak dapat dihindari. (dok. Acehtraffic)

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Dalam seperempat abad terakhir dunia terancam bencana kekeringan. Ancaman yang semakin meluas meliputi berbagai bagian negara juga semakin menekan seiring dengan terjadinya perubahan iklim. Keprihatinan ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Ban Ki Moon, Senin (17/6) di markas besar PBB di New York, Amerika Serikat.

Dewasa ini negara dituntut untuk bekerja lebih kolektif dalam menghadapi masalah kekeringan. Seperti ditambahkan Ban, "Negara harus membangun dan mempersiapkan diri dalam menghadapi beberapa kemungkinan yang terjadi akibat ancaman kekeringan global."

"Bencana kekeringan memang sulit untuk dihindari tetapi risikonya masih dapat dikurangi. Jangan biarkan masa depan kita juga kering," tegasnya.

Dampak

Dari Uzbekistan dan Brazil sampai ke Sahel dan Australia, kekeringan akan sangat berdampak pada sumber mata pencaharian jutaan orang. Bulan lalu, Namibia menyatakan keadaan darurat kekeringan nasional sekitar 14 persen dari populasi dan rawan pangan. Tahun 2012 lalu, Amerika Serikat mengalami kekeringan terburuk sejak 1950-an, yang mempengaruhi 80 persen dari lahan pertaniannya.

Dampak jangka panjang yang ditimbulkan oleh kekeringan pada ekosistem sangat mendalam, antara lain adalah mempercepat degradasi lahan. Konsekuensi dari hal itu adalah timbulnya kemiskinan dan risiko konflik lokal atas sumber daya air dan lahan produktif.

Menyadari berbagai risiko inilah, Ban kemudian mendorong agar negara-negara membangun ketahanan dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kekeringan. Ia juga menyerukan, pelaksanaan perjanjian tahun lalu pada Konferensi PBB tentang Pembangunan Berkelanjutan (Rio + 20) adalah untuk mengimbangi dan menghindari degradasi lahan.

Hal senada juga disuarakan oleh Sekretaris Eksekutif Konvensi PBB, Luc Gnacadja untuk memerangi disertifikasi. "Pemimpin harus berupaya untuk mengatasi kekeringan dan degradasi lahan secara global," ujarnya.

Gnacadja menunjukkan prestasinya di desa Batodi, Niger, di mana lima juta hektar lahan dipulihkan melalui sistem agroforestry. "Dalam masalah kekeringan ini, masyarakatlah yang sangat terkena dampaknya," ujarnya

Ia juga memberikan penghargaan terhadap masyarakat yang memiliki inovasi dan inisiatif terhadap lingkungan. Penghargaan telah diberikan kepada tiga orang yang memiliki inovasi dengan tema Land for Life (Tanah untuk Kehidupan), berupa hadiah uang sebesar US$ 100,000.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home