Loading...
HAM
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 08:01 WIB | Jumat, 02 Mei 2014

Pemimpin Gereja Armenia Serukan Pengakuan Genosida Armenia 1915

Tsitsernakaberd, Tanda Peringatan Genosida Armenia di Yerevan, Armenia, (Foto: globalvoiceonline.org)

LEBANON, SATUHARAPAN.COM – Pemimpin Gereja Apostolik Armenia Ortodoks telah menandai peringatan ke-99 dimulainya genosida Armenia dengan menyerukan untuk mengakui peristiwa yang bersejarah bagi Armenia tersebut. Pada bulan April 1915, lebih dari satu juta orang Armenia dibunuh oleh pasukan Kekaisaran Ottoman, yang saat ini menjadi Republik Turki.

Karekin II, Patriarch Agung dan Seluruh Katolikos Armenia (Gereja Ortodoks Oriental) dan Katolikos Aram I dari Tahta Suci Kilikia, yang berbasis di Lebanon, secara terpisah memimpin acara peringatan tersebut untuk menghormati mereka yang menderita.

Pada Misa Requiem di Armenia, Karekin II mengamati bahwa rasa sakit martir ditimpakan secara sengaja karena melihat siapa mereka, bertentangan dengan posisi mereka yang menganggap penderitaan mereka sebagai efek samping penderitaan yang sangat disayangkan terjadi selama Perang Dunia Pertama (PD I).

Menurut sumber berita online Havern Aysor, seorang patriark memperingatkan bahwa “Penolakan kebenaran adalah beban berat yang tidak sekedar hanya pada membantah saja tapi juga kepada pihak yang membantah kebenaran tersebut. Kebenaran dapat disembunyikan tetapi tidak dapat dilupakan atau dihilangkan.”

“Pada awal April, di sebuah konferensi internasional di Lebanon, Aram, saya berbicara tentang kebutuhan Armenia di seluruh dunia untuk melihat perkembangan pada peringatan genosida yang ke-100 tahun depan sebagai satu kesatuan.”

“Persatuan harus menjadi kekuatan pendorong bagi semua orang Armenia,” kata dia. “Sudah jelas bahwa Armenia dan semua komunitas Diaspora Armenia akan menggelar acara sesuai dengan daerah dan kondisi mereka. Tapi kita harus mengambil langkah-langkah untuk membuat acara ini sebagai acara nasional dengan skala yang besar.”

Aram I menekankan bahwa tujuan dari peringatan tersebut harus mencakup baik pengakuan genosida dan ganti rugi akibat kehilangan yang diderita pada seratus tahun terakhir.

Tahun lalu, pada 24 April 2013, Karekin II dan Aram I mengambil langkah yang tidak biasa dengan mengeluarkan pernyataan bersama pada peringatan Genosida Armenia mendesak pemerintah Turki untuk mengembalikan gereja-gereja Armenia dan aset gereja. Pernyataan itu muncul sebagai banding menyatukan suara dari dua Primata pada sebuah isu yang sangat penting bagi gereja-gereja mereka di Armenia dan diaspora.

“Pada tahun 1915, lebih dari 1,5 juta orang Armenia menjadi korban genosida. Yang selamat di jalan pengasingan menemukan tempat bernaung di Armenia Timur yang kini menjadi Republik Armenia, Suriah, Lebanon dan negara-negara Arab lainnya, dan di sejumlah negara lainnya,” kata kutipan pernyataan tersebut.

Karekin II dan Aram I menuntut agar pemerintah Turki mengakui pembunuhan warga Armenia sebagai genosida, meminta pemerintah mengembalikan semua gereja-gereja yang disita, properti milik gereja, biara-biara dan peninggalan yang lain kepada gereja-gereja Armenia dan memberikan sejumlah kompensasi kepada orang-orang Armenia yang telah menderita karena genosida.

 Pemerintah Turki tidak pernah mengakui Genosida Armenia, meskipun pemerintah di seluruh dunia termasuk Uni Eropa dan AS mengenali perbuatan tersebut sebagai genosida.

Dewan Gereja Dunia (WCC) sedang merencanakan sebuah konferensi besar pada peringatan 100 tahun Genosida Armenia pada tanggal 24 April 2015 yang beberapa saat lagi akan disahkan oleh Majelis WCC ke-10 yang diselenggarakan di Busan, Korea, 30 Oktober-8 November 2013 lalu. Dalam sidang tersebut diikrarkan bahwa WCC akan mengadakan konferensi internasional di Jenewa terhadap pengakuan dan perbaikan untuk Genosida Armenia.

Kedua gereja Armenia adalah anggota-anggota WCC. Patriark Karekin II adalah salah satu dari delapan presiden baru terpilih dari WCC. Dia terpilih oleh Majelis ke-10 sebagai presiden bagi gereja-gereja Ortodoks Oriental dari WCC. Katolikos Aram I merupakan pemimpin di masa lalu yang terpanjang masa jabatannya saat melayani sebagai moderator komite pusat WCC setelah bertugas di kantor itu dari 1991 hingga 2006. (oikumene.org)

 

 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home