Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 13:12 WIB | Jumat, 26 Agustus 2016

Pemuda adalah Garda Terdepan Duta Perdamaian

Imam besar Al-Azhar, Mesir, Ahmed El-Tayyeb (tengah) menerima generasi muda dari Mesir. (Foto: oikoumene.org)

KAIRO, SATUHARAPAN.COM – Imam besar Al-Azhar, Mesir, Ahmed El-Tayyeb, mengemukakan pemuda di Mesir dan pemuda di berbagai penjuru dunia harus menjadi garda terdepan menjunjung perdamaian.

“Saya memiliki keyakinan mutlak karena gerenasi muda dewasa ini dituntut berjiwa besar dan memiliki kesadaran tinggi terhadap bela negara sehingga dapat dianggap sebagai duta perdamaian,” kata El-Tayyeb seperti diberitakan oikoumene.org, hari Kamis (25/8).

El-Tayyeb mengapresiasi generasi muda di Mesir yang bersemangat saat menghadiri seminar “Youth Engagement, Religion and Violence,” di Kairo.

Seminar tersebut dihadiri lebih kurang 40 pemuda dari Eropa, Afrika, Asia, dan Timur Tengah. Pada seminar tersebut, selain El-Tayyeb turut hadir beberapa pemimpin agama lain untuk membahas kontribusi generasi muda bagi perdamaian.

Dia mengatakan generasi muda saat ini ditantang menciptakan dunia baru yang penuh damai. “Hal pertama yang harus dilakukan yakni  bagaimana menciptakan kondisi dunia baru di mana tidak ada tempat untuk pertumpahan darah, kemiskinan, penyakit dan keterbelakangan,” kata dia.

Menurut El-Tayyeb wacana keagamaan memiliki dampak yang besar bagi masyarakat, khususnya bagi kelompok orang yang berada di bawah kesulitan sosial atau ekonomi, hidup di bawah ancaman diskriminasi.

Dalam kesempatan yang sama  Wakil Sekretaris Jenderal Liga Arab, Ahmed Bin Heli, mengatakan setiap agama memegang pesan utama yakni perdamaian. “Sama halnya yang dilihat dalam teks Kristen, Islam, terus menyerukan untuk dialog dan keramahtamahan satu sama lain,” kata Heli.

Heli mengemukakan setiap dekade dan generasi di dunia memiliki tantangan yang harus dihadapi dalam mewujudkan perdamaian. “Dewasa ini kita dihadapkan kepada tantangan kritis yang bernama fanatisme, ekstremisme, dan terorisme yang berdasar atas agama. Tindakan tersebut bertentangan dengan ajaran Islam, tidak hanya terhadap ajaran agama tetapi juga bertentangan dengan ajaran kemanusiaan,” kata Heli.

Bin Heli mengusulkan kerja sama antara World Council of Churches, Universitas Al-Azhar, dan Liga Arab membantu menghadapi tantangan ekstremisme dan kekerasan atas nama agama yang berlangsung di Mesir.

Dia menjelaskan sesungguhnya generasi muda jangan hanya menyuarakan perdamaian, namun dari ketiga lembaga tersebut perlu adanya program pendidikan, pemberdayaan ekonomi bagi orang-orang muda dan perempuan, yang berkelanjutan.

Dalam kesempatan yang sama Kepala Gereja Koptik Mesir, Paus Tawadros II, menekankan agar orang-orang muda di Kairo tidak terpengaruh ikut dalam fanatisme atau sebaliknya membalas aksi fanatisme dengan aksi kekerasan.

“Rakyat Mesir dibesarkan dalam ajaran moderat, tidak semua orang memiliki hak untuk menafsirkan teks-teks agama,” kata Paus Tawadros II.

Seminar “Youth Engagement, Religion and Violence,” menawarkan sesi tentang membangun kewarganegaraan dari perspektif sosial, politik, ekonomi dan pendidikan, dalam rangka untuk memiliki masyarakat integratif dan inklusif dan mencegah kekerasan. (oikoumene.org)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home