Loading...
RELIGI
Penulis: Kartika Virgianti 16:13 WIB | Jumat, 26 Desember 2014

Pidato Tahunan Paus Fransiskus Berisi Kritikan untuk Vatikan

Paus Fransiskus. (Foto: thewardrobedoor.com)

ROMA, SATUHARAPAN.COM – Pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus memanfaatkan pidato tahunan untuk mengkritik birokrasi di Vatikan. Paus Fransiskus dengan gamblangnya mengkritik Kuria–sistem birokrasi yang mengelola Tahta Suci, mejadi ‘berorientasi kekuasaan’ dan ‘gila eksistensi’, pada Senin (22/12).

Dalam pidato tahunannya itu, Paus Fransiskus juga menuturkan bahwa  beberapa kardinal, uskup dan pastor yang menjalankan Gereja Katolik Roma menderita ‘Alzheimer spiritual’. Kemudian ia mengingatkan adanya ancaman berupa nafsu kekuasaan, kemunafikan dan kurangnya empati spiritual di antara beberapa hamba Tuhan yang dia perinci ke dalam 15 ‘penyakit dan godaan’ yang dapat melemahkan layanan mereka kepada Tuhan. Oleh karenanya, Paus Fransiskus mengajak semua umat melakukan introspeksi diri untuk natal.

Namun, Paus pertama yang berasal dari Amerika Latin itu menekankan, dirinya pun termasuk diantara orang-orang berdosa, sehingga sudah sepatutnya gereja melayani orang miskin dan orang yang hidup di pinggiran.

“Saudara-saudara, mari kita menjaga diri kita dari pandangan negatif terhadap gereja,” kata Paus Fransiskus kepada jajaran uskup dan kardinal yang duduk di aula resepsi Istana Apostolik abad ke-16 itu, di mana beberapa di antara mereka melihat ke depan mimbar penuh perhatian, sementara beberapa lainnya menundukkan kepala seperti orang merenung.

Dia menambahkan, lembaga keagamaan harus menjauhi diri dari skandal, pertikaian dan perilaku mewah, karena itu semua ibarat penyakit kanker yang mengancam keharmonisan tubuh.

Carlo Marroni, seorang ahli Vatikan mengatakan sikap-sikap negatif yang muncul di dalam tubuh gereja adalah manifesto ideologi dan agama dari reformasi radikal Kuria. Tahun lalu, dalam pidato Natal pertamanya di Kuria sebagai Paus, Fransiskus mengingatkan uskup untuk memiliki sikap bersahaja, dan mendesak mereka untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap gereja. Paus Fransiskus pun meminta bahwa sikap ini harus dilakukan semua orang, termasuk dirinya sendiri.

“Beliau tidak menjelaskan detil reformasi seperti apa perlu kita capai tahun depan, tetapi setidaknya Paus berniat menunjukkan prinsip-prinsip yang diperlukan gereja untuk berubah,” kata Marroni kepada reporter surat kabar harian Italia, Il Sole 24 Ore.

Sebelumnya, dalam pidato Natal Paus Benediktus XVI (sekarang Paus emeritus), selalu menyampaikan program untuk tahun yang akan datang, dan berbicara tentang isu-isu kontroversial seperti pernikahan sesama jenis. Namun, Paus Benediktus tidak menggunakan nada tegas seperti itu.

Reformasi Kuria

Usai berkhotbah di Kuria, Paus Fransiskus kemudian menemui karyawan Vatikan. Ia meminta maaf atas kekurangan dirinya dan rekan-rekannya, kepada orang-orang yang bekerja untuk Vatikan. Serta ia meminta maaf atas beberapa skandal yang telah menyakiti gereja.

Paus Fransiskus tengah berupaya melaksanakan reformasi hati dan perilaku untuk Kuria. Ini menjadi sesuatu yang lebih dalam jika dibandingkan dengan hanya melakukan reformasi struktural.

Sejak pemilihannya pada Maret 2013, Fransiskus telah membentuk berbagai badan untuk meningkatkan manajemen Takhta Suci, yakni dengan menunjuk sembilan kardinal untuk memberikan masukan bagi dirinyanya terkait reformasi Kuria.

Pada Februari 2015 mendatang, para kardinal akan kembali melakukan pertemuan, tepat di depan konsistori lain untuk memilih kardinal baru. (nytimes.com)

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home