Loading...
DUNIA
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 05:53 WIB | Selasa, 17 Maret 2015

PM Yaman Katakan Milisi Houthi akan Akhiri Penahanan Rumah Atas Dirinya

Demonstran Yaman memegangi potret Ahmed Ali Abdullah Saleh, anak mantan presiden Yaman Ali Abdullah Saleh yang mundur pada 2012, dalam demonstrasi di Yaman, Sanaa 2012. (Foto: AFP)

SANAA, SATUHARAPAN.COM - Perdana Menteri Yaman Khalid Bahah mengatakan bahwa ia diizinkan meninggalkan ibu kota Sanaa pada Senin (16/3) setelah milisi Houthi setuju membebaskannya dari tahanan rumah selama dua bulan.

Bahah mengatakan di halaman Facebook-nya bahwa anggota-anggota pemerintahannya yang ditahan juga akan dibebaskan berdasarkan "isyarat baik" kelompok milisi itu. Pemerintahan Bahah mengajukan pengunduran diri pada Januari.

Presiden Abedrabbo Mansour Hadi yang didukung Barat telah mengatakan dia tak pernah menerima pengunduran diri pemerintahan Bahah dan menyeru para menteri bergabung dengannya di Aden, kota kedua di Yaman tempat ia memperkokoh otoritasnya setelah meloloskan diri dari Sanaa bulan lalu.

Menteri Pertahanan Jenderal Mahmud Subaihi mencapai Aden bulan ini, meloloskan diri dari baku tembak dengan para pengikut milisi Houthi yang membunuh sedikitnya satu orang pengawalnya.

Tetapi Bahah mengatakan pemerintahnya tidak bermaksud bertindak sebagai "caretaker" karena situasi di dalam negeri. 

Ia juga mengumumkan belum ada rencana segera untuk pergi ke Aden, dengan mengatakan bahwa dirinya akan memimpin Provinsi Hadramaut, tempat asalnya, di bagian tenggara Yaman untuk mengunjungi sanak keluarganya.

Bahah mengatakan ia telah dikenai tahanan rumah oleh milisi Huthi sejak 19 Januari -- tiga hari sebelum dia mengajukan pengunduran diri.

Ia adalah salah seorang dari anggota pemerintahan yang ditahan oleh milisi itu yang pembebasannya telah berkali-kali dituntut oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Grup Huthi, yang secara efektif mengendalikan ibu kota sejak September lalu, menguasai istana kepresidenan pada Januari.

Pada Februari, mereka membubarkan pemerintahan dan parlemen dan membentuk satu dewan kepresidenan untuk menggantikan Hadi tapi kemudian bulan itu ia berhasil meloloskan diri dari ibu kota Yaman dan memperkuat otoritasnya di Aden.

"Proxy war"

Dari Dubai, kantor berita AFP yang mengutip sejumlah pengamat melaporkan Yaman yang terbelah antara bagian utara yang dikuasai Huthi dan bagian selatan yang didominasi para sekutu Presiden Hadi terperosok ke dalam satu "proxy war" antara Iran dan Arab Saudi.

Proxy war adalah perang yang terjadi ketika pihak-pihak yang berlawanan menggunakan pihak ketiga sebagai pengganti berkelahi satu sama lain secara langsung. 

Pertempuran tersebut mengancam mendorong negara di Jazirah Arab itu menuju jurang yang dalam sementara perpecahan Sunni-Syiah bertambah lebar.

Di sela-sela kekerasan, para militan Al Qaida mendekati suku-suku pengikut mazhab Sunni untuk menghadapi perluasan para pemberontak Huthi.

Dalam satu unjuk kekuatan, milisi Huthi yang didukung Iran pekan lalu mengadakan latihan militer dekat perbatasan dengan Arab Saudi yang adalah pendukung Sunni.

"Menghadapi ekspansionisme Syiah Iran, solidaritas Sunni dibangun dipimpin oleh Arab Saudi," kata salah seorang diplomat yang meminta jatirinya tidak disebutkan kepada AFP.

Kerajaan itu selalu memainkan peran menonjol dalam perpolitikan Yaman.  

Riyadh menjadi tuan rumah perundingan-perundingan yang membantu mengakhiri setahun protes-protes di seluruh Yaman dan mengarah kepada mundurnya Presiden Ali Abdullah Saleh pada 2012. (AFP)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home