Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 13:10 WIB | Senin, 31 Oktober 2016

Presiden Jokowi: Jangan Lagi Simpan Uang di Bawah Bantal

Presiden Joko Widodo dalam acara "Ayo Menabung" sebagai peringatan Hari Menabung Sedunia yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), hari Senin (31/10). (Foto: BPMI Setpres)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak kepada seluruh masyarakat untuk menabung melalui berbagai produk keuangan dan menjadikan kegiatan gemar menabung sebagai sebuah budaya.

Presiden berpesan, jangan lagi menyimpan uang di bawah bantal maupun kasur. Dia meminta masyarakat untuk mengurangi budaya konsumtif menjadi budaya produktif.

Hal itu disampaikan Presiden Joko Widodo dalam acara "Ayo Menabung" sebagai peringatan Hari Menabung Sedunia yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), hari Senin (31/10).

"Jangan lagi menyimpan uang di bawah bantal, atau di bawah kasur, kita kurangi budaya konsumtif menjadi budaya produktif. Setelah Tax Amnesty yang menyimpan di bawah kasur sebesar 1 triliun rupiah, harus diupayakan semua masuk ke perbankan," kata Presiden Jokowi.

Menurut Presiden, lebiasaan menabung merupakan bagian untuk mempersiapkan, merencanakan, dan membuat masa depan yang lebih baik.

"Kebiasaan untuk selalu merencanakan masa depan. Semua perlu direncanakan dan dimulai dengan memiliki tabungan, rajin menabung, rajin berinvestasi," kata Presiden Jokowi.

Presiden mengatakan, potensi jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa merupakan kekuatan bagi perekonomian. Sehingga semakin tinggi tingkat tabungan masyarakat, tentunya akan menggerakkan roda perekonomian melalui tersedianya dana yang dapat disalurkan guna investasi baik di sektor riil maupun di sektor keuangan.

"Dengan penduduk sebesar itu, kita tidak ingin hanya menjadi konsumen pasar, tetapi menjadi kekuatan produktif, yang gemar menabung, memiliki ethos kerja yang tinggi dan aktif menggerakkan perekonomian," kata Presiden.

Pada kesempatan tersebut, Presiden juga menghimbau kepada pihak bank untuk menanggapi keluhan masyarakat terhadap biaya administrasi terhadap tabungan.

"Saya titip kepada seluruh pimpinan bank yang masih ada keluhan tentang fee, kalau tabungan kecil kadang tergerus oleh biaya tabungan," kata Presiden.

Porsi Tabungan Terhadap PDB Masih Rendah

Dalam kesempatan tersebut, Presiden juga sempat mengatakan bahwa saat ini, rasio porsi tabungan terhadap produk domestik bruto (PDB) masih terbilang rendah di angka 20 persen. Menurut Presiden, angka idealnya adalah 32 persen.

"Tingkat kepemilikan rekening kita masih rendah, masih sebatas 19 persen dari total penduduk yang berusia di atas 15 tahun," ucap Presiden menambahkan.

Lebih lanjut Presiden menuturkan, tingkat kepemilikan dan nilai tabungan masih dapat ditingkatkan. Peningkatan ini bisa diperoleh dengan memaksimalkan potensi tabungan dari kalangan pelajar yang mencapai 44 juta siswa.

"Selain itu, mahasiswa dan pemuda yang berjumlah sekitar 55 juta orang tentunya menjadi target penghimpunan dana yang cukup potensial," kata Presiden.

Dalam kesempatan tersebut, Presiden Jokowi juga sempat berdialog dengan anak bernama Paulus, dari Jayapura, Papua, yang mengaku sudah setahun ini selalu menabung setiap bulan sebesar Rp. 1.000 sampai Rp. 5.000.

"Kebiasaan seperti ini setiap pelajar harus memiliki, meski seribu, tiga ribu, lima ribu," kata Presiden.

Turut hadir dalam acara tersebut, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri BUMN Rini Soemarno dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy. (Setpres)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home