Loading...
SAINS
Penulis: Kris Hidayat 13:37 WIB | Jumat, 25 April 2014

Retno Listyarti: UN Beri Efek Buruk Murid

Retno Listyarti Ketua Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), aktif menyoroti masalah pendidikan dan UN di Indonesia. (Foto: Dedy Istanto)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Retno Listyarti menilai pelaksanaan Ujian Nasional (UN) yang selama ini diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki jauh lebih banyak efek buruk daripada manfaatnya terhadap para murid sekolah. "Kemendikbud ini seperti melegalkan kecurangan ujian yang setiap tahun selalu ada. Selalu terjadi berulang-ulang,” pendapat ini muncul dari Retno Listyarti, seorang aktivis pendidikan dari Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) dalam program perbincangan Pilar Demokrasi KBR68H, yang disebarkan melalui jaringan portalkbr.com.

Ujian Nasional dari tahun ke tahun selalu diikuti pro dan kontra serta beragam cerita tentangnya. Ketegangan siswa dan orang tuanya, ada yang tertekan hingga stress, ada yang ditolak karena beberapa hal, misalnya siswi yang hamil atau sedang bermasalah dengan hukum dan sebagainya. UN akhirnya selalu menjadi polemik setiap tahunnya.

Kepala Pusat Penilaian Pendidikan, Kemendikbud. Prof Nizam mengatakan salah satu tujuan UN adalah sebagai alat ukur keberhasilan pendidikan di Indonesia. Soal-soal UN dengan standar nasional yang disebar pada seluruh siswa sekolah di seluruh Indonesia akan dapat mengetahui daerah mana saja yang masih tertinggal bidang pendidikannya. Ini bisa menjadi bahan evaluasi untuk meningkatkan kemampuan guru pengajar di wilayah tersebut.

"Perlu adanya standar yang bisa memetakan tingkat pendidikan di seluruh daerah di Indonesia. Oleh karenanya kita butuh UN dengan soal-soalnya yang berstandar nasional. itu akan bisa melihat daerah mana saja yang perlu diperbaiki tingkat pendidikannya," ujar Retno Listyarti. 

Setiap tahun, laporan kecurangan terkait UN terus terjadi misalnya soal yang bocor hingga adanya jual beli kunci jawaban. Aktivis ICW bidang layanan publik, Hebri Hendri mencatat kasus jual beli jawaban UN terjadi di seluruh daerah di Indonesia.

"Dengan adanya kecurangan dan kebocoran ini berarti pemetaan yang ingin dilakukan Kemendikbud tidak efektif. Kita lihat saja tingkat kelulusan tahun lalu saja mencapai 99 persen. Apa benar seluruh Indonesia hampir semuanya bisa mengerjakan UN yang kata sulit sekali itu dengan baik?" demikian kata Hebri Hendri.

Menurut Febri, kesalahan ini berada di sistem yang dibangun oleh pemerintah sendiri. Dalam hal ini yaitu Kemendikbud sebagai penyelenggara. Kebocoran soal terjadi pasti dari pihak penyelenggara yang mencari celah mekanisme ujian yang selama ini dinilai masih belum baik.

Ukuran Keberhasilan Yang Tercoreng

"Di Jakarta ICW bahkan menemukan indikasi ada beberapa kepala sekolah yang membeli kunci jawaban UN ke pihak penyelenggara. Dia tidak ingin nama sekolahnya nanti tercoreng kalau ada siswa yang tidak lulus UN," ujar dia.

Aktivis pendidikan dari FSGI, Retno Listyarti membenarkannya. Tahun ini FSGI menerima 186 laporan tentang kecurangan UN dari 22 kabupaten kota di Indonesia. Perdagangan kunci jawaban terjadi di sejumlah kota.

"Di Surabaya itu perdagangan kunci jawaban bahkan melibatkan pihak bimbel (bimbingan belajar) dan perwakilan sekolahnya juga ada. Jual beli paket kunci jawaban ini bervariari harganya. Dari laporan yang masuk ke kami, harga paket kunci jawaban termahal ada di Bandung," jelasnya.

Retno mengatakan dengan semua kecurangan ini fungsi pemetaan pendidikan di Indonesia sudah jelas gagal. Dia lalu menitik beratkan pada fungsi UN lainnya yaitu penentu kelulusan. Menutur di hal ini yang sangat berbahaya. UN seharusnya tidak boleh menjadi parameter penentu masa depan seorang siswa sekolah. Ada banyak parameter lain yang diabaikan dalam kasus ini.

UN yang dianggap sangat menentukan ini menurut Retno membuat anak-anak menganggap UN seperti masalah hidup dan mati. Sehingga banyak kasus buruk terjadi seperti ada anak yang hampir bunuh diri karena tidak lulus UN.

"Ini ada anak menangis menjerit, bahkan sampai mau bunuh diri karena tidak lulus UN. padahal UN tidak bisa juga menjamin masa depan mereka. Jadi harusnya UN dihapus saja. Terlalu banyak efek negatifnya. Fakta dilapangan sudah berbicara seperti itu. Kita tidak bisa memungkirinya," tegas Retno.

“Lalu ujian nasional mau sampai kapan?” tanya Retno Listyarti.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home