Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 14:18 WIB | Selasa, 27 September 2016

RI-Victoria Jajaki Investasi Rantai Pasok Dingin

Enggar meminta para pengusaha Victoria berinvestasi di sektor "rantai pasok dingin" di Indonesia dan bekerja sama dengan pengusaha Indonesia.
Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita (kanan) bertemu dengan Menteri Pertanian Victoria, Australia, Jaala Pulford di kantor Kemendag, Jakarta, hari Senin (26/9). (Foto: kemendag.go.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Perdagangan (Mendag) Republik Indonesia Enggartiasto Lukita bertemu dengan Menteri Pertanian (Mentan) Victoria (negara bagian Australia), Jaala Pulford di Kantor Kementerian Perdagangan di Jakarta, hari Senin (26/9).  

Mendag Enggar mengatakan kedua negara sedang menjajaki potensi kerja sama dan investasi, khususnya di sektor "rantai pasok dingin" (cold chain logistic) di Indonesia.  

"Negara Bagian Victoria sedang menjajaki potensi kerja sama di sektor “rantai pasok dingin” dengan Indonesia. Saya menyambut baik hal ini. Saya juga meminta agar kerja sama tidak hanya terbatas pada perdagangan, tetapi juga penanaman investasi," kata Mendag Enggar dalam keterangan tertulis, hari Selasa (27/9).  

Enggar mengatakan Pemerintah Indonesia berkepentingan menjaga keseimbangan antara kepentingan konsumen dan kepentingan petani kecil melalui pengelolaan pasar yang lebih berkeadilan. Karena itu, kata Mendag, investasi di sektor ini akan dapat membantu terutama dalam membangun infrastruktur mata rantai perdagangan.  

Dalam kesempatan itu, Enggar meminta para pengusaha Victoria berinvestasi di sektor "rantai pasok dingin" di Indonesia dan bekerja sama dengan pengusaha Indonesia.  

"Kami mengundang para pelaku usaha Victoria untuk berinvestasi di sektor "rantai pasok dingin" untuk produk segar dan beku di Indonesia, karena hal itu sejalan dengan program Pemerintah Indonesia dalam menata distribusi lebih efisien, serta menjaga stok pangan yg berkelanjutan," kata Mendag.  

"Saya menyampaikan kepada Mentan Pulford agar bisa berkomunikasi lebih lanjut dengan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terkait dengan investasi ini," dia menambahkan.  

Menurut Mendag, peluang kerja sama ini pada sisi hilirnya nanti dapat dilakukan dengan PT. Pos Indonesia karena memiliki jaringan yang luas di seluruh Indonesia.  

"Dengan dukungan jaringan terbesar dan terluas di Indonesia, perusahaan dari Victoria dapat bermitra dengan PT Pos Indonesia," kata Mendag.  

Selain itu, Mendag juga fokus pada kerja sama yang bisa menyeimbangkan neraca perdagangan antara Indonesia dan Australia.  

"Kerja sama perdagangan dengan Victoria ini penting. Pemerintah akan mengembangkan perdagangan yang lebih baik mengingat Indonesia masih defisit dengan menawarkan produk-produk Indonesia yang dibutuhkan oleh Victoria," kata Mendag.  

Pada kesempatan tersebut, Mentan Pulford juga menyampaikan ucapan selamat kepada Mendag Enggar atas penujukannya sebagai Menteri Perdagangan. Pulford menyatakan sangat menaruh perhatian kepada hubungan kerja sama perdagangan dan investasi di Indonesia.  

Mentan Pulford juga mengungkapkan bahwa selain tertarik untuk berinvestasi di rantai pasok dingin, Victoria juga menaruh perhatian dengan pemberdayaan petani kecil. Selama ini Pemerintah Victoria telah membantu peningkatan kapasitas para petani kecil di Lembang, Jawa Barat.  

Pulford mengatakan juga bahwa Pemerintah Victoria berkeinginan melakukan kerja sama perdagangan terutama produk-produk unggulan, seperti buah dan susu. Selain rantai pasok dingin, Mentan Pulford juga menyampaikan ketertarikannya untuk melakukan kerja sama di bidang pariwisata dan pertanian.  

Sekilas Hubungan Dagang Indonesia-Australia  

Sejauh ini, tren perdagangan Indonesia-Australia pada 2011-2015 turun sebesar 4,25 persen. Total perdagangan Indonesia dan Australia pada 2015 hanya mencapai US$ 8,5 miliar atau turun 19,8 persen dari sebelumnya US$ 10,6 miliar pada 2014.  

Sementara itu, nilai ekspor Indonesia ke Australia pada 2015 sebesar US$ 3,7 miliar. Pada tahun yang sama, impor Indonesia dari Australia sebesar US$ 4,8 miliar. Dengan nilai tersebut, perdagangan Indonesia dengan Australia mengalami defisit sebesar US$ 1,1 miliar.  

Ekspor utama Indonesia ke Australia tahun 2015 adalah other tubes & pipes disusul wood, tubes, pipes and hollow profiles dan reception apparatus for television. Sementara impor utama Indonesia dari Australia adalah wheat and meslin, disusul live bovine animals, cane or beet sugar, coal, dan iron ores and concentrates.  

Investasi Australia di Indonesia tahun 2015 mencapai US$ 168 juta dengan jumlah proyek 443 yang meliputi sektor pertambangan; listrik, gas dan air; industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronik; konstruksi; serta hotel dan restoran.  

Victoria merupakan salah satu Negara Bagian Australia dengan luas 237.629 kilometer persegi beribukota Melbourne, dengan penduduk terpadat kedua setelah New South Wales. Victoria dikenal sebagai pusat industri manufaktur terbesar di Australia.  

Industri produk susunya mewakili 13 persen dari seluruh perdagangan produk susu Australia dan menduduki urutan kedua terbesar di sektor industri makanan.  

Impor Indonesia khusus dari Negara Bagian Victoria tahun 2014 tercatat sebesar AUD 765 juta, dengan produk impor utama milk, cream, whey & yoghurt; beef; wheat; other primary plastics; fruits & nuts; cotton; animal feed; edible products & preparations, nes; pulp and waste paper; meat (exclude beef). Sementara itu Indonesia tidak mencatatkan ekspor langsung ke Negara Bagian Victoria.  

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home