Loading...
EKONOMI
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 21:16 WIB | Senin, 31 Agustus 2015

Rizal Ramli: Kereta Cepat Harus Untungkan Rakyat

Ilustrasi. Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli (kanan) berjabat tangan dengan Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti sebelum menggelar pertemuan tertutup di Kantor Kemenko Maritim dan Sumber Daya, Jakarta, Senin (31/8). Pertemuan itu membahas sejumlah isu sektor riil dan ekonomi di bawah kewenangan Menko Maritim. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menegaskan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang menjadi rebutan Jepang dan Tiongkok harus menguntungkan rakyat Indonesia.

"Memang ini kompetisi yang ketat sekali baik Tiongkok maupun Jepang. Semakin kompetitif maka semakin bagus buat Indonesia, tapi yang penting, kriterianya harus menguntungkan rakyat," kata Rizal seusai mengadakan pertemuan dengan Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia Xie Feng di Kantor Kemenko Kemaritiman, Jakarta, hari Senin (31/8).

Menurut dia, ada sejumlah kriteria yang menjadi pertimbangan utama pemerintah Indonesia. Pertama, yakni terkait pembiayaan yang tidak berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

"Kami tidak ingin pembiayaan berasal dari APBN, karena APBN akan kita pindahkan lebih banyak ke daerah luar Jawa," ujarnya.

Rizal menuturkan, pemerintah juga tidak ingin negara mengeluarkan garansi yang merupakan bagian dari APBN.

"Kita sepakati 100 persen garansi dari mereka, Tiongkok garansi 100 persen, sementara Jepang ada porsinya sendiri," tuturnya. 

Selanjutnya, yaitu mengenai syarat pembiayaan yang ditawarkan kedua investor diantaranya mengenai berapa persen bunganya dan bagaimana pengelolaannya.

Syarat keempat, yaitu mengenai pengelolaan infrastruktur. Rizal meminta Indonesia bisa dilibatkan dalam pengelolaan proyek tersebut sehingga tercipta transfer teknologi.

"Kita tidak ingin dikelola 30 tahun oleh Jepang atau Tiongkok. Kita ingin di tengah waktu kontrak ini mulai pelan-pelan Indonesia dilibatkan dalam pengelolaan sehingga ada transfer teknologi," katanya.

Lebih lanjut, kriteria lainnya yang dinilai Rizal penting yakni terkait kandungan lokal yang digunakan dalam proyek tersebut.

"Jangan sampai kita beli barang, tapi industri kita tidak ada kontribusinya. Tiongkok tadi bilang 60 persen konten lokalnya, Jepang bagaimana? Kita adulah," tambahnya.

Terakhir, lanjut Rizal, mengenai teknologi dan keamanan yang juga harus jadi pertimbangan utama lantaran kereta cepat bisa berbahaya jika mengabaikan aspek tersebut.

"Tapi yang penting, saya enggak peduli bekingnya, buat kami yang penting manfaat dan menguntungkan rakyat kita. Nanti kita akan membandingkan mana yang paling untungkan rakyat Indonesia," kata dia.

Pemerintah Tiongkok memperkirakan pendapatan yang akan didapat dengan beroperasinya kereta cepat Jakarta-Bandung bisa mencapai Rp 3,2 triliun per tahun dengan kisaran harga tiket Rp 200.000 per orang.

Xie Feng saat konferensi pers di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, mengatakan perhitungan tersebut berdasarkan studi yang dilakukan Institut Teknologi Bandung dengan keterisian 44.000 penumpang pada tahap awal beroperasi.

Xie mencontohkan Kereta Cepat Beijing-Shanghai sepanjang 1.316 kilometer, rampung lima tahun dan langsung mendapat keuntungan setelah tiga tahun beroperasi.

"Jika penumpang terus bertambah, kondisi pengelolaan pasti lebih memuaskan lagi. Jarak Jalur Kereta Cepat Jakarta-Bandung hampir sama dengan Kereta Cepat Beijing-Tianjin, yang rampung dalam tiga tahun dan mendapat keuntungan setelah beroperasi selama enam tahun," katanya. 

Menurut dia, dengan adanya kereta cepat berkontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian suatu negara, seperti Tiongkok, yakni pembangunan kereta cepat tidak hanya memudahkan kehidupan masyarakat, tetapi juga menjadi mesin penting dalam perkembangan ekonominya.

Pada 2003, ketika kereta cepat baru beroperasi di Tiongkok, produk domestik bruto (PDB) per kapita Tiongkok baru mencapai 1.000 dolar AS, atau lebih rendah dari Indonesia sekarang, sementara pada 2014 angka tersebt telah meningkat menjadi 7.500 dolar AS.

"Kereta cepat memberikan kontribusi nyata kepada kesejahteraan dan kemajuan Tiongkok. Sekarang PDB perkapita Indonesia sudah mencapai 3.531 dolar, jauh lebih banyak dari pada kondisi Tiongkok tahun 2003," katanya.

Pada awal minggu ini, kata Xie, utusan khusus Presiden Xi Jinping, Chairman Xu Shaoshi dari "National Development and Reform Commision" Tiongkok sudah menyerahkan laporan studi kelayakan kepada Presiden Joko Widodo.

"Pihak Tiongkok menyampaikan proposal pembangunan dan pengelolaan Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang cukup kompetitif. Kami penuh keyakinan bahwa Tiongkok akan menjadi mitra kerja sama Indonesia yang baik," katanya. 

Xie mengaku optimistis efek kereta cepat Jakarta-Bandung dalam mendorong pertumbuhan ekonomi cukup menonjol, yakni akan mendorong perkembangan industri-industri pendukung antara lain melting, manufaktur, infrastruktur, listrik, elektronik dan layanan, menciptakan lowongan kerja dan meningkatkan pendapatan pemerintah. 

"Di sepanjang jalur kereta cepat ini, ekonomi sangat aktif, dan jumlah penduduk cukup banyak, karena itu kereta cepat Jakarta-Bandung mempunyai sustainabilitas dan peluang ekonomi yang cukup optimis," katanya. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home