Loading...
RELIGI
Penulis: Endang Saputra 15:31 WIB | Jumat, 28 November 2014

Said Aqil: Islam dan Nasionalisme Mesti Bersinergi

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj. (Foto: nu.or.id)

KLATEN, SATUHARAPAN.COM - Sebuah keputusan yang cukup fenomenal diambil oleh PBNU pada Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada tahun 1935. Keputusan tersebut menegaskan sikap NU, jika nanti Indonesia meraih kemerdekaan, maka secara tegas NU menghendaki Indonesia menjadi negara darus salam.

“Negara darus salam ini negara yang damai, bukan darul Islam (negara Islam). Jadi, kalau ada orang NU yang ingin mendirikan negara Islam, segera keluar dari NU!” kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj saat memberikan pembinaan dalam acara pelantikan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Klaten di Mlese, Rabu (26/11) malam.

Menurut Said Aqil, hal itu juga diperkuat dengan pernyataan Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari tentang kedudukan ukhuwah islamiyah.

“Kiai Hasyim Asy’ari pernah mengatakan, tidak cukup dengan ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama Muslim) semata, tetapi juga mesti diperkuat dengan ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama bangsa),” kata dia.

Lebih lanjut Said Aqil menyampaikan, nasionalisme dan Islam bukanlah hal yang berseberangan, melainkan sebuah hal yang saling bertautan. “Sebab nasionalisme tanpa Islam kering dan Islam tanpa nasionalisme akan menjadi radikal, keduanya mesti bersinergi,” kata doktor lulusan Universitas Ummul Qurro Makkah itu

Said Aqil juga berpesan kepada segenap warga Nahdliyyin agar menjaga sikap toleransi. “Maka tunjukkanlah NU Klaten sebagai kelompok yang toleran,” kata dia.

Dalam kesempatan itu, selain Kiai Said juga hadir beberapa tokoh antara lain Ketua PWNU Jawa Tengah Drs Abu Hafsin dan Bupati Klaten H Sunarna. (nu.or.id)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home