Loading...
BUDAYA
Penulis: Prasasta Widiadi 20:57 WIB | Sabtu, 25 Oktober 2014

Salah Satu Naskah Panji Diajukan ke UNESCO

Salah Satu Naskah Panji Diajukan ke UNESCO
Salah satu naskah panji yang dipamerkan di Auditorium PNRI Jakarta. (Foto-foto: Prasasta Widiadi).
Salah Satu Naskah Panji Diajukan ke UNESCO
Kepala Bagian Komisi Pengembangan Citra dan Profesi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) Dra. Lucya Damayanti, M.Hum
Salah Satu Naskah Panji Diajukan ke UNESCO
Welmin Ariningsih selaku Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi PNRI

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Salah satu naskah panji, yakni Panji Anggraeni yang berada di Palembang diajukan ke UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) sebagai ikon memori bangsa dan dunia bagi Indonesia (Memory of Nation and Memory of The World).

Hal ini dikemukakan Kepala Bagian Komisi Pengembangan Citra dan Profesi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) Dra. Lucya Damayanti, M.Hum dalam sambutan di hadapan para undangan yang hadir pada pembukaan Pameran Naskah Cerita Panji, Jumat (24/10) malam WIB di di Auditorium Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jalan Salemba Raya No.28, Jakarta Pusat.

“Salah satu faktor penting yang memperkuat alasan PNRI menyelenggarakan pameran ini yakni PNRI berniat mengajukan salah satu koleksinya, Panji Anggraeni sebagai bagian dari Memory Of The World,” kata Lucya.

Memory of The World adalah sebuah inisiatif internasional yang diluncurkan UNESCO untuk menjaga warisan suatu bangsa, terutama berbentuk teks tertulis yang berisi nilai-nilai kemanusiaan, dari ancaman amnesia kolektif, kelalaian, kerusakan akibat waktu dan kondisi iklim, dan perusakan yang tidak disengaja.

Program ini bertujuan sebagai sebuah panggilan untuk melestarikan arsip berharga suatu bangsa di dalam perpustakaan nasional suatu negara dan dapat digunakan untuk bekal informasi bagi puluhan generasi berikutnya.

Lucya menjelaskan sebelum pelaksanaan pameran ini, panitia telah menyelenggarakan pertemuan dengan para pakar untuk membahas rencana pengajuan naskah cerita panji ke UNESCO. Para pakar tersebut antara Karsono H. Saputra, pakar filologi Jawa dari Universitas Indonesia, Lydia Kieven dari University of Frankfurt, Jerman.

“Mengingat bahwa nilai naskah kuno bukan semata-mata pada penampilan fisiknya, perlu dipikirkan cara penyajian yang dapat mendorong pengunjung untuk tertarik serta berkeingiann untuk memahami lebih dalam nilai yang terkandung dalam sebuah naskah,” Lucya menambahkan.

Dari seluruh koleksi dipilih 40 naskah yang dipamerkan di auditorium PNRI. Tidak semua naskah cerita Panji koleksi PNRI telah dilengkapi kotak pelindung yang aman, oleh karena itu tim penyelia naskah kuno PNRI membentuk tim khusus guna memperlengkapi beberapa naskah Panji yang belum dilindungi sehingga layak dipamerkan.

“Maksud PNRI menggelar pameran ini yakni memperkenalkan sastra klasik nusantara kepada generasi muda,” kata Lucya.

Pameran naskah Cerita Panji mengusung tema “Cerita Panji sebagai Warisan Budaya Dunia” berlangsung selama tujuh hari mulai Jumat (24/10) hingga Kamis (30/10) mendatang di Auditorium Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jalan Salemba Raya No.28, Jakarta Pusat.

Berbagai acara yang mendukung pameran ini antara lain seminar cerita panji sebagai warisan dunia, tari-tarian yang diambil dari cerita panji, rancak betawi, gerai buku, reog, musik keroncong, musik akustik, dan demo penyalinan naskah dari aksara Jawa Kuna dan Bali ke dalam aksara latin.

Pada 2013, PNRI sempat menggelar pameran serupa akan tetapi dalam tema berbeda, kala itu PNRI menggelar pameran teks panji sebagai bagian dari Sastra Pecenongan (Betawi).

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home