Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 10:26 WIB | Sabtu, 07 April 2018

Saling Menyejahterakan

Perbedaan pendapat berguna untuk mendapatkan tesis yang lebih baik.
Yesus menampakkan diri kepada Tomas (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – ”Kami telah melihat Tuhan!” (Yoh. 20:25). Demikianlah kabar yang disampaikan para murid kepada Tomas. Mereka semua telah melihat Yesus yang bangkit. Kebangkitan itu bukan isapan jempol.  

Frasa ”Kami telah melihat Tuhan” tidak berarti bahwa Tuhan adalah tontonan, yang dilihat dari jauh. Frasa ini berarti bahwa mereka telah mengalami Tuhan yang bangkit. Dan bukti bahwa mereka mengalami kebangkitan Tuhan adalah mereka tidak berada dalam lagi dalam belenggu kecemasan!

 

Persekutuan Sejati

Oleh karena itu, mereka tidak ingin menyimpan damai sejahtera itu sendirian dan membagikannya kepada Tomas. Tetapi, Tomas tidak mempercayai apa yang mereka sampaikan. Tomas membutuhkan bukti.

Menarik disimak, ketika Tomas dengan akalnya tidak bisa menerima kebangkitan Yesus, para murid itu tidak menyalahkannya, juga tidak meremehkannya. Mungkin mereka sedih. Tetapi, agaknya mereka sadar kalau menganggap remeh Tomas, atau menganggapnya sesat, dia akan meninggalkan persekutuan.

Untunglah para murid tetap mengasihi Tomas, meski berbeda paham. Pemahaman berbeda memang harus dinyatakan, tetapi jangan menjadi alasan untuk bersikap membedakan. Inilah persekutuan sejati.

 

Saling Menyejahterakan

Pemazmur menegaskan: ”Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun” (Mzm. 133:1). Berbeda pendapat itu bukan hal yang aneh, itu sungguh lumrah. Tetapi, hidup rukun merupakan panggilan bagi setiap orang percaya.

Mengapa? Karena mustahil berharap bahwa semua orang satu pendapatnya. Bukankah rambut sama hitam, tetapi pendapat berbeda? Dan karena itu, kerukunan memang harus selalu diupayakan. Perbedaan pendapat merupakan hal lumrah karena orang melihat dari perspektif berbeda, dan pengalaman hidupnya berbeda pula.

Mudahkah? Tentu tidak! Tetapi, kita bisa meneladani jemaat mula-mula. Lukas mencatat mereka semua ”sehati dan sejiwa” (Kis. 4:32).

Kelihatannya, yang sering kali menjadi dasar dari perbedaan pendapat adalah pikiran. Orang sering tidak bertukar pikiran, tetapi lebih sering beradu argumentasi.

Nah, kalau sudah saling mengadu, maka tentulah ada yang kalah dan ada yang menang. Namanya juga pertandingan. Tetapi, pikiran yang berbeda, pendapat yang berbeda, ide yang berbeda, tak perlu bermuara siapa kalah dan siapa menang, kalau kedua pihak sehati dan sejiwa.

Perbedaan pendapat berguna untuk mendapatkan tesis yang lebih baik, dan demi kepentingan bersama. Demi kepentingan bersama inilah yang perlu terus diupayakan.

Tak heran, jika jemaat mula-mula, lebih suka memberi ketimbang mengambil. Yang ada bukanlah mengambil tetapi diberi, masing-masing menurut keperluannya. Mereka saling menyejahterakan. Sekali lagi demi kepentingan bersama. Kalau sudah begini, hidup rukun bukan lagi utopia. Dan ini sungguh-sungguh menyejahterakan!

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home