Loading...
BUDAYA
Penulis: Tunggul Tauladan 15:09 WIB | Selasa, 17 Juni 2014

Satir Politik di ARTJOG 2014

Satir Politik di ARTJOG 2014
Karya Commission Work dari seniman muda Samsul Arifin yang berjudul “Kabinet Goni” (Foto: Tunggul Tauladan)
Satir Politik di ARTJOG 2014
"Kabinet Goni" merupakan patung yang dibuat dengan bahan karung goni. Karya ini merupakan satir bagi kabinet di Indonesia (Foto: Tunggul Tauladan)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Perhelatan seni terbesar di Yogyakarta, ARTJOG 2014 kembali digelar mulai 7 hingga 22 Juni 2014 di Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Gelaran seni tahunan yang telah memasuki jilid ke-7 ini menampilkan 137 karya dari 103 seniman lokal maupun internasional. Salah satu di antara karya seni yang menjadi trade mark ARTJOG ke-7 ini adalah penampilan karya Commission Work dari seniman muda Samsul Arifin yang berjudul “Kabinet Goni”.

ARTJOG ke-7 ini tampil agak berbeda dengan gelaran ARTJOG sebelumnya. Perbedaan tersebut jelas tersaji mulai dari tema yang diangkat hingga beberapa karya seni yang dipamerkan karena memuat unsur satir politik yang kental. Tema umum politik dan kekuasaan memang sengaja diangkat dalam gelaran ARTJOG ke-7. Pasalnya ARTJOG ke-7 ini juga dihelat untuk menyambut pemilihan presiden Republik Indonesia.

Direktur ARTJOG 2014, Satriagama Rakantasena menjelaskan bahwa tema politik dan kekuasaan memang sengaja diangkat sehubungan dengan pemilihan presiden yang akan digelar pada bulan Juli 2014. Selain itu, ARTJOG ke-7 yang mengangkat tema “Legacies of Power” ini juga dihelat dengan tujuan untuk merespon berbagi isu yang berkembang terkait pergulatan politik dan rakyat dalam mencari sosok pemimpin masa depan bangsa Indonesia.

“Isu politik yang aktual dewasa ini dipandang tepat untuk direspon oleh para seniman dalam berkarya. Harapannya, para seniman dapat menunjukkan respon hingga menghasilkan karya seni yang mampu memberikan pemahaman baru tentang demokrasi di Indonesia. Selain itu, para seniman juga diajak untuk menjadi subyek aktif dalam berbuat sesuatu, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat,” ujar Satriagama pada Senin (16/6).

Beragam karya seni di ARTJOG ke-7 ini memuat satir-satir politik. Salah satu satir politik yang sangat kentara adalah karya seni Commision Work dari seniman muda Samsul Arifin berjudul “Kabinet Goni”. Karya “Kabinet Goni” ditempatkan di depan TBY dengan terlebih dahulu melakukan make over halaman depan TBY sehingga mirip dengan halaman depan Istana Negara lengkap dengan para anggota kabinet yang sedang berpose untuk foto bersama. Hasilnya, karya ini sangat menarik perhatian karena terlihat sangat mencolok dan spektakuler. “Kabinet Goni” merupakan salah satu satir politik yang sengaja diangkat untuk menilai sepak terjang para anggota kabinet Indonesia.

Dalam keterangan di depan karya ini, “Kabinet Goni” dibuat sebagai satir terhadap para wakil rakyat yang menduduki kabinet. Para wakil rakyat ini dinilai seolah-olah cerdas dan memiliki intelektual tinggi, namun tanpa dukungan kepekaan sosial yang memadai, sehingga tidak merepresentasikan figur seorang pemimpin. Beragam pose yang ditampilkan dalam karya “Kabinet Goni” sengaja dibuat dari karung goni yang berujud patung boneka dengan beragam bentuk dan ekspresi, seperti penuh coretan dan jahitan, wajah tikus sebagai simbol koruptor, bahkan ada yang mengenakan topeng dan bom laiknya wajah seorang pembunuh. Beragam pose ini memang sengaja dibuat agar para pengunjung bisa leluasa untuk menafsirkan dan menginterpretasikan.

“Kabinet Goni” merupakan salah satu dari 137 karya yang ditampilkan dalam ARTJOG 2014. Karya satir lain misalnya sebuah karya instalasi berjudul “Igau” karya Theresia Agustina Sitompul. Karya ini berupa 3 buah bantal yang salah satunya menampilkan video orang yang sedang berbicara, namun tak bersuara, layaknya orang mengigau. Karya ini merupakan satir bagi para pemimpin negeri yang seringkali berbicara tak jelas, tanpa makna, laiknya orang yang sedang mengigau. Karya satir lain juga tersaji lewat seni lukis, seperti karya Erianto yang berjudul “Istana Tanpa Jendela” yang mengkritik demokrasi di Indonesia yang terlalu mengadopsi prinsip-prinsip barat dan karya Dedy Sufriadi yang berjudul “Zoo” yang merupakan kritik sekaligus gugatan terhadap berbagai persoalan ekonomi, budaya, politik, hingga kekuasaan.

“Legacies of Power” merupakan cara para seniman dan pengelola ARTJOG 2014 dalam mengkritisi demokrasi di Indonesia, termasuk di dalamnya carut-marut wajah kepemimpinan di Indonesia menjelang pemilihan presiden 2014. Isu politik aktual yang muncul seiring dengan terjadinya pergantian kekuasaan memang menarik untuk dilihat, dibidik diamati, dan dianalisa. Pasalnya, dalam setiap pergantian kekuasaan (power), baik di Indonesia maupun di berbagai negara lainnya, senantiasa menghadirkan berbagai intrik. Persoalan intrik inilah yang diambil sebagai bagian dari warisan berharga (legacy) yang diolah oleh para seniman untuk ditampilkan dalam karya seni. 

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home