Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 11:36 WIB | Jumat, 25 November 2016

Sejumlah Kristen Irak Kembali ke Kota yang Dihancurkan ISIS

Prajurit Irak melakukan patroli di Mart Shmony Syriac Orthodox Church. (Foto: christiantoday.com)

BARTELLA, SATUHARAPAN.COM – Sejumlah warga Kristen Irak mulai kembali ke kota yang sempat diacak-acak dan dihancurkan kelompok ekstremis, Islamic State Iraq and Syria (ISIS), Bartella. Mereka kembali ke kota tersebut untuk melihat apa saja benda yang tersisa dan masih dapat diselamatkan.

Menurut Christian Today, hari Kamis (24/11) walau kelompok ekstremis tersebut telah berhasil dipukul mundur namun terlihat masih banyak jejak kehancuran yang dilakukan kelompok ekstremis tersebut.

Bagi Said Shaba, yang melarikan diri lebih kurang dua setengah tahun yang lalu, yang tertinggal hanyalah sebuah kepingan compact disc (CD) atau cakram padat yang berisi foto-foto pernikahan anaknya, dan gambar Yesus yang mengalami penganiayaan.

Kelompok ekstremis tersebut merampok tabungannya, dan menghancurkan rumahnya di Bartella. Kota yang terletak lebih kurang 19,322 km dari Mosul tersebut tetap kota yang sepi layaknya kota hantu. Pemandangan sehari-hari yang dilihat Shaba adalah kendaraan patroli lapis baja berwarna hitam berseliweran di sepanjang jalan tersebut.

Shaba dan tujuh anggota keluarganya lelah hidup di sebuah rumah yang mereka sewa di Erbil. Shaba kemudian bersama dengan umat Kristen lain kembali memeriksa rumah mereka sejak meninggalkan Bartella pada 2014. Kala itu ISIS sudah menguasai Mosul dan sejumlah wilayah di Irak bagian Utara.

“Mereka (ISIS) mencuri dan menghancurkan semuanya. Mereka mengambil tabungan kami,” kata laki-laki berusia 59 tahun tersebut kepada Reuters dan dikutip kembali Christian Today.

Dia kemudian menunjukkan ke rak pakaian di kamar tidurnya, di lemari tersebut tadinya sempat terdapat sejumlah uang yang bila dikonversikan senilai 1.400 dolar AS (lebih kurang Rp 19.058.367).

Saat ISIS melakukan serangan pada Agustus 2014, Shaba membawa keluarganya ke tempat yang aman di Erbil pada suatu pagi, dan sore hari dia berniat kembali ke Bartella untuk mengambil uang tunai dan sejumlah dokumen.

Namun, dia gagal melakukan niatnya karena kelompok ekstremis tersebut telah mengokupasi Bartella pada sore harinya.

Shaba memiliki tempat pengisian bensin sebagai sumber keuangan untuk menghidupi keluarga. Pompa bensin tersebut terletak beberapa blok dari rumah yang sederhana dan kini telah hancur karena pertempuran. 

Dia merasa bersyukur karena di antara puing-puing di lantai rumah itu terdapat gambar Yesus yang masih dapat diselamatkan walau militan merobek bagian-bagian wajah. Istrinya, Nidhal, mencium lukisan tersebut dan meletakkannya di dinding di ruang tengah. 

Sebuah CD berisi berbagai foto pernikahan putri mereka juga terselamatkan.

“Mereka merampas semuanya, tidak meninggalkan apa-apa termasuk jendela, pintu, dan dinding,” kata Milano Yousuf, putri Shaba.

“CD ini lebih penting bagi saya daripada semua perabotan. Hal ini tak tergantikan,” kata Yousouf.

Gereja Mart Shmony Syriac Orthodox di Bartella berada dalam kondisi rusak parah akibat ulah ekstremis tersebut.

Gereja tersebut hancur. Bangku-bangku gereja dirusak oleh militan, buku nyanyian dan Alkitab dikoyak dan dibuang di lantai.

Penulis Telegraph, yang dikutip kembali Christian Today, Josie Ensor, mengatakan terdapat banyak tulisan di dinding gereja tersebut, di antaranya “Tuhan Kami Lebih Tinggi dari Salib Ini”.

Hussam Matteh, anggota dari Niniveh Plain Forces atau milisi Kristen yang berjuang menghadapi ISIS, membantu menegakkan kembali salib di atap gereja setelah kota tersebut terbebas dari ISIS. 

“Kami merasa ada kegembiraan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Seperti itulah betapa senangnya kami,” kata Hussam Matteh kepada Financial Times dan dikutip kembali Christian Today.

“Kita sekarang kembali ke rumah, di tanah nenek moyang kita, gereja, dan warisan kita,” kata Hussam Matteh.

Dia menambahkan, "Saya ingin memberitahu orang-orang di sini agar tidak pergi dan tidak ada alasan melarikan diri dari Irak dan pergi ke luar dari tanah kami. Kami memiliki tanah ini, dan sekarang, kita adalah orang-orang yang mempertahankannya,” kata Hussam Matteh.

Di sisi lain terdapat sejumlah umat selain Kristiani, yakni  Muslim yang merasa pesimistis kembali ke Bartella dan kota-kota lain di dekatnya, karena mereka merasa kota tersebut bukanlah pilihan yang baik untuk saat ini.  

Dalam catatan Christian Today, sejumlah tentara telah menutup Bartella dan sejumlah kota dan desa lainnya, tentara menggunakan kota dan desa tersebut sebagai basis persembunyian.

Pasukan Irak dan Amerika yang mengadakan pertemuan hari Rabu (23/11) menolak membicarakan isi pertemuan, yang berlangsung di tengah peningkatan keamanan.

Puluhan kendaraan tentara dengan senjata yang dipasang diparkir di sebuah alun-alun yang tak beraspal di kota.

Tentara hanya mengizinkan beberapa warga sipil memeriksa rumah mereka dan mengambil beberapa barang.  Namun, banyak orang yang mengungsi berharap dapat tinggal.

Ratusan orang mengantre di sebuah pos pemeriksaan. Di tempat itu petugas menolak banyak penduduk kota tersebut untuk kembali karena kurangnya dokumen.

Shaba, pengusaha Kristen, mengatakan ia mendapat izin untuk kembali ke rumahnya karena ada jalur  "wasta", atau koneksi pribadi.

"Kita perlu memastikan tempat aman, yang tidak dihujani bom oleh ekstremis,” kata seorang perwira Irak.  

Terlepas dari Kristen, ada juga banyak umat Muslim Syiah, yang mencoba untuk pulang.

“Kami berusaha melihat rumah kami untuk pertama kalinya sejak kami melarikan diri pada Agustus 2014," kata Ahmed Ali, warga Syiah berusia 28 tahun yang melarikan diri dengan 17 anggota keluarganya dari kediaman mereka di  Bartella.

Dia menuturkan sepupunya dibunuh ketika militan Sunni mendekat.

"Hidup telah menjadi sangat sulit, membayar sewa di Erbil dengan pekerjaan yang sangat sedikit," kata Ali.

Dia berdiri dengan sedikit terlindung di dekat pos pemeriksaan karena di tempat tersebut biasanya banyak tentara tidak mengizinkan warga sipil yang tidak memiliki izin untuk kembali.

"Kami tidak tahu apakah rumah kami masih ada, tapi kami berharap untuk kembali segera, insya Allah,” kata Ali. (christiantoday.com)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home