Loading...
BUDAYA
Penulis: Francisca Christy Rosana 17:36 WIB | Kamis, 02 Oktober 2014

Seni Suara Ada di Daftar Terakhir Program Pemerintah

Press conference Simposium ‘How to Sing Gospel’ dan ‘Master Class’ dalam rangka Pesparawi Mahasiswa Tingkat Nasional XIII pada Kamis (2/10) di Graha William Soeryadjaja, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Indonesia, Cawang, Jakarta Timur. Dari kiri, Yunita (perwakilan Universitas Kristen Indonesia), Aida Swenson Simanjuntak (Ketua Lembaga Pengembangan Pesparawi Nasional sekaligus ketua juri Pesparawi Mahasiswa Tingkat Nasional XIII), Dr. Eui Joong-Yoon (juri tamu dari Dean School of Music Hansei University, Korea Selatan), dan Andre J. Thomas (Direktur Paduan Suara Florida State University, Amerika Serikat). (Foto: Francisca CR)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketua Lembaga Pengembangan Pesparawi Nasional sekaligus ketua juri Pesparawi Mahasiswa Tingkat Nasional XIII Aida Swenson Simanjuntak mengeluhkan bidang musik dan paduan suara seringkali termuat dalam daftar terakhir program pemerintah. Padahal menurutnya, perkembangan seni suara, seperti yang terlihat dalam Pesparawi dari tahun ke tahun sangat signifikan.

Aida yang menjadi juri tetap Pesparawi Mahasiswa Tingkat Nasional sejak tahun ketiga mengatakan paduan suara Indonesia seringkali merebut kejuaraan tingkat dunia. Hal ini membuktikan bahwa paduan suara di Indoneisa tidak dipandang sebelah mata oleh dunia.

Sayangnya, di negara sendiri kelompok-kelompok pegiat seni suara ini justru tidak dipelihara. Padahal menurutnya, acara-acara paduan suara seperti Pesparawi ini merupakan salah satu sarana pelatihan dan pengembangan bakat bagi generasi muda. Hal inilah yang menjadi keprihatinan Aida.

Sebagai pembanding, Aida memberi gambaran tentang paduan suara di Korea Selatan. Paduan suara di Korea merupakan kegiatan sangat diperhatikan oleh pemerintah.

“Paduan suara di Korea ini sudah dikenal sebagai paduan suara yang profesional dan telah menjadi profesi yang sama pentingnya dengan pebisnis,” kata Aida saat ditemui dalam Simposium bertajuk ‘How to Sing Gospel’ dan ‘Master Class’ pada Kamis (2/10) di Graha William Soeryadjaja, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Indonesia, Cawang, Jakarta Timur.

Dr. Eui Joong-Yoon dari Dean School of Music Hansei University, Korea Selatan yang juga menjadi salah satu juri dalam Pesparawi XIII menambahkan bahwa di Korea terdapat 60 paduan suara profesional dan semuanya didukung oleh pemerintah.

“Itu membuat musisi-musisi ini belajar keras dan bekerja keras untuk mencapai sasaran menjadi opera, menjadi penyanyi paduan suara yang dibayar, bukan hanya sekadar kontrak. Dan mereka betul-betul dibayar, Rp25 juta untuk masing-masing anggota tiap bulannya,” kata Joong-Yoon.

Sama seperti di Indonesia, di Korea anak-anak muda juga dihadapkan dengan berbagai macam permasalahan sosial, seperti bunuh diri, narkotika, dan kenakalan-kenalakan lainnya. Tetapi Joong-Yoon mengatakan bahwa melalui musik, khususnya paduan suara, anak muda dapat diarahkan ke kegiatan yang sifatnta lebih positif dan fungsional.

Aida berharap semoga gambaran ini dapat mengetuk hati pemerintah Indonesia agar tidak memarjinalkan seni suara.

“Mudah-mudahan pemerintah kita terkutuk hatinya. Ini perlu diimbau agar paduan suara di Indonesia lebih diperhatikan. Jadi, kalau ke luar negeri tidak harus cari dana sendiri,” kata Aida. 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home