Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 21:37 WIB | Jumat, 01 November 2013

Sidang WCC: Pleno Menyoroti Pluralitas di Asia

Suara Asia pada siding raya ke-10 WCC di Busan, Jumat (1/11) ditampilkan dalam bentuk teater dari kelompok peserta Filipina. (Foto: oikoumene.org)

BUSAN, SATUHARAPAN.COM – Sidang Raya Dewan Gereja-gereja Dunia (World Council of Churches /WCC) pada hari ketiga, Jumat (1/11) menyoroti berbagai isu di kawasan Asia. Sidang pleno ini dipimpin oleh Presiden WCC, Dr. Soritua Nababan.

Dalam pleno tersebut terungkap bahwa Asia merupakan benua yang kaya dengan keragaman dan pluralitas agama. Asia juga penuh dengan kontradiksi sebagai benua yang kaya namun juga banyak kemiskinan, memiliki kerentanan, namun juga ketahanan yang kuat.

Dalam kaitan gereja yang berupaya untuk menemukan jalan menuju keadilan dan perdamaian dalam masyarakat, Asia memiliki pengalaman yang mengesankan. Soritua Nababan mendorong pembahasan tentang berbagai isu yang perlu ditangani sebagai kepedulian terhadap gereja-gereja Asia.

Pleno tersebut membahas peluang dan tantangan  masyarakat  Asia yang multi-budaya dan multi-agama. Hal ini juga termasuk sejarah kolonialisme di Asia, serta ekonomi neo - liberal kapitalisme dan dampaknya pada masyarakat.

Isu lain yang dibahas adalah migrasi, ancaman ekstrimisme, situasi hak asasi manusia, keadilan jender, kritik terhadap paradigma pembangunan yang dominan dan dampaknya terhadap kehidupan adat dan ekologi.

 Dr. Henriette Hutabarat Lebang dari Indonesia yang juga menjabat Sekretaris Jenderal Konferensi Kristen Asia (Christians Conference of Asia / CCA), mengatakan bahwa gereja-gereja Asia merefleksikan arti sebenarnya dari doa “Allah kehidupan, bombing kami menuju keadilan dan perdamaian."

Dia menyebutkan tentang respon teologis beberapa isu yang berkaitan dengan isu di Asia yang signifikan bagi gereja-gereja ketika menyaksikan konflik bersenjata, eksploitasi dan kekerasan.

Lebang mengatakan bahwa untuk menanggapi masalah dalam mempromosikan kehidupan, perdamaian dan keadilan bagi semua, gereja-gereja perlu bekerja lebih dekat daripada sebelumnya.

"Di tengah-tengah kekuatan-kekuatan negatif yang mengingkari keadilan dan perdamaian, kita perlu menemukan harapan. Harapan  di tengah-tengah keputusasaan,” kata dia.

“Kami orang-orang Kristen Asia percaya bahwa Allah kehidupan akan menunjukkan kepada kita jalan dan membawa kita untuk keadilan dan  perdamaian," kata dia menambahkan.

Pembicara lain pada pleno itu adalah Yang Ya-Chi dari Amnesty International Taiwan, Connie Semy Mella dari gereja Methodis Filipina, Daniel N, imam agung dari Patriarkat Ekumenis, dan Dr Deepanna Choudhrie dari India.

Selain pleno ditampilkan drama Teatro Ekyumenikal dari Dewan Nasional Gereja-gereja di Filipina. Serta disampaikan salam dari Uskup Agung Canterbury, Justin Welby, Dr. Pangeran Guneratnam dari Gereja Kalvari di Malaysia, Yasutaka Watanabe, Ketua Dewan Rissho Kosei-kai, sebuah organisasi Buddha di Jepang. (oikoumene.org)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home