Loading...
RELIGI
Penulis: Trisno S Sutanto 15:19 WIB | Rabu, 30 Oktober 2013

Sidang WCC: Dibuka dengan Ibadah Ratapan dan Jeritan Bumi

Sidang WCC: Dibuka dengan Ibadah Ratapan dan Jeritan Bumi
Para pemimpin gereja dari berbagai negara dan denominasi memulai Sidang Raya ke-10 WCC. (Foto:foto: Trisno S. Sutanto)
Sidang WCC: Dibuka dengan Ibadah Ratapan dan Jeritan Bumi
Musik tradisional Korea mengiringi ibadah pembukaan.
Sidang WCC: Dibuka dengan Ibadah Ratapan dan Jeritan Bumi
Peserta dari Indonesia membacakan doa ratapan untuk wilayah Asia.

BUSAN, SATUHARAPAN.COM - Sidang Raya ke-10 Dewan Gereja-gereja Dunia (World Council of Churches / WCC) di Busan, Korea Selatan, resmi dibuka hari Rabu ini (30/10) di Bexco dengan ibadah pembukaan yang sederhana. Lebih dari seribu orang dari berbagai negara memadati ruang Worship Hall yang luas.

Hampir sebagian besar ibadah berbentuk doa itu merupakan "ratapan" kepada Allah Kehidupan tentang sejarah kekerasan, terutama pada kelompok rentan yang selama ini harus menanggung derita panjang: anak-anak, perempuan, orang miskin, kaum difabel, maupun masyarakat asli (indigenous people). Dengan itu, Sidang Raya WCC kali ini tampaknya memberi ruang di mana jeritan bumi dapat kembali didengar dan menjadi perhatian gereja-gereja di seluruh dunia.

Bumi dengan seluruh kekayaan alamnya, serta hubungan antar manusia dan dengan lingkungan, menjadi salah satu fokus utama dalam ibadah pembukaan itu. Kehancuran ekologis yang melanda berbagai negara, mulai dari Afrika, Amerika Selatan, Asia Pasifik, termasuk Indonesia, telah melahirkan keprihatinan universal gereja-gereja. Kemungkinan "kiamat ekologis" akibat pemanasan global yang terjadi sekarang, makin memperkuat kesadaran itu.

Tidak heran jika ibadah pembukaan Sidang Raya WCC sekarang lebih merupakan "ratapan", tapi sekaligus menegaskan harapan, bahwa Allah Kehidupan sendiri yang akan menuntun gereja-gereja dalam perjuangan Keadilan dan Perdamaian. Gereja-gereja di Afrika, misalnya, meratapi kekayaan alam mereka yang "diperkosa" oleh ketamakan manusia.

Sementara gereja-gereja di Asia, selain meratapi perusakan lingkungan, juga meratapi sejarah panjang kekerasan dan penindasan yang harus ditanggung oleh perempuan, anak-anak, kaum Dalit, maupun masyarakat asli yang dicabut dan disingkirkan dari tanah leluhur mereka.

Tetapi apa yang dapat dilakukan oleh gereja-gereja? Saat memberi pesan dan berkat yang memulai perhelatan akbar WCC, Karekin II, Patriakh Utama dan Uskup seluruh Armenia, menekankan bahwa iman pada Allah Kehidupan akan mengantar gereja-gereja ke "rumah dengan banyak tempat", di mana manusia dari berbagai latar belakang kehidupan menemukan rumah sejati mereka.

Untuk itu, gereja-gereja diminta menaruh perhatian pada nilai-nilai fundamental, yakni moralitas yang dicontohkan Yesus sendiri; pendidikan, terutama keterbukaan dan kemauan bekerja sama dengan pihak lain; dan keluarga sebagai "sekolah" di mana setiap orang mampu bertumbuh dan mencapai kepenuhan martabatnya sebagai manusia.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home