Loading...
INSPIRASI
Penulis: Endang Hoyaranda 04:37 WIB | Senin, 07 November 2016

Tak Ada yang Bisa Menggugah Amarahmu, Selain Diri Sendiri

Tak ada seorang pun yang dapat membuat Anda merasa kerdil, tanpa Anda sendiri mengizinkannya (Eleanor Roosevelt)
Eleanor Rosevelt (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Ketika dihalangi maksud untuk berbuat baik, ketika dipersulit niat untuk menjadi semakin produktif, ketika dihina dan dinista ketika memegang satu prinsip; maka merasa kerdil dan menjadi marah adalah reaksi yang lumrah terjadi. Namun, apakah orang menjadi baik dengan bersikap reaktif demikian?

Bagi orang yang mengenal kehidupan wanita perkasa yang memegang prinsip di atas,  maka merasa kerdil rasanya  tidak lagi akan menjadi pilihan. Eleanor Roosevelt mungkin adalah Ibu Negara Amerika Serikat yang paling banyak dikutip kata-katanya. Ia juga  Ibu Negara AS yang paling panjang masa baktinya, dan tidak hanya berperan sebagai Ibu Negara melainkan juga sebagai politikus, diplomat dan aktivis kemanusiaan. Suaminya memegang jabatan Presiden selama lebih dari tiga periode, 1933-1945, dan sejak mereka menikah ia telah mendampingi, mendukung, menggantikannya jika suaminya berhalangan, sampai kematian merenggut hidup suaminya.  Selain itu, ia banyak sekali berbuat bagi kemanusiaan atas nama dirinya sendiri.  Di kemudian hari, Harry Truman, presiden AS yang menjabat setelah suaminya, menjulukinya Ibu Negara Dunia, atas karya-karya kemanusiaannya yang mendunia.

Eleanor mengalami masa kecil yang menyedihkan: kedua orangtuanya dan seorang kakak lakinya meninggal dunia ketika ia masih sangat kecil, dalam 3 tahun berturut-turut sejak ia berusia 8 tahun. Kehilangan itu membuatnya mudah menjadi depresif seumur hidupnya. Pada usia 15 tahun, ia sudah dikirim oleh nenek yang mengasuhnya, ke sekolah di  seberang lautan, yaitu Inggris. Di sekolah ini ia belajar dan terpengaruh oleh prinsip kemandirian perempuan.

Pada usia 21 tahun ia menikah dengan sepupu jauhnya, Franklin D Roosevelt. Namun, sejak sebelum pernikahan hingga puluhan tahun berikutnya, kehidupan pernikahan mereka terus-menerus dikendalikan oleh ibu mertuanya. Anak-anaknya sendiri tidak bisa ia didik menurut caranya karena ibu mertuanya yang mengatur segala sesuatu, hal mana sangat menekan baginya. Meski demikian, ia tetap menahan diri dan tetap berkarya.  ia bertahan dan bahkan berhasil membawa sukses bagi suaminya yang lumpuh karena polio, sampai menjadi Presiden AS, bahkan sampai menjabat selama 12 tahun.

Keinginannya yang keras untuk berbuat bagi suami yang dikasihinya, dan bagi kemanusiaan, tidak pernah surut sekalipun kesulitan berulang kali menerpa. Kehidupan yang keras menyebabkannya belajar untuk mengembangkan prinsip hidup yang memampukan ia bertahan. Ia sering kali dikecam karena prinsipnya yang keras, tetapi amat dipuji karena karya kemanusiaannya, termasuk kelahiran Deklarasi Hak Azasi Manusia PBB yang ia cetuskan.

Dari kehidupan Eleanor Roosevelt, orang bisa belajar untuk tidak tergantung pada orang lain dalam segala keputusan penting hidup, melainkan pada diri sendiri. Hanya dengan ketetapan hati dan prinsip yang tangguh, orang dapat mencapai kebaikan hidup. Termasuk untuk tidak terpancing untuk bersikap reaktif terhadap pandangan orang lain. Eleanor juga berkata begini:

”Pada akhirnya, kitalah yang membentuk kehidupan dan diri kita sendiri. Proses itu tak pernah berakhir sampai kita mati. Dan pilihan itu adalah sepenuhnya tanggung jawab kita sendiri.”  

”Lakukanlah apa yang hati Anda yakini sebagai kebenaran. Sebab apa pun yang Anda lakukan, orang pasti akan mengkritisinya. Anda akan dikritisi ketika melakukannya, juga saat tidak tidak melakukannya”.

Ketika orang mengomentari, mencemooh, hanya diri sendirilah yang tahu apa yang terbaik bagi kita. Biarkan orang lain berkomentar, biarkan orang lain mencemooh, karena mereka kemungkinan besar tidak memahami apa yang kita yakini. Kita tak bisa memaksa mereka untuk meyakini hal yang kita yakini, tetapi hal sebaliknya juga tak harus terjadi. Tetaplah berbuat yang Anda yakini, tanpa harus terpengaruh oleh terpaan kritikan, karena hidup itu pendek dan terlalu berharga untuk tidak diisi dengan perbuatan baik.

Merasa dikerdilkan? Merasa terhina? Itu hanya akan memakan energi, tidak produktif. Berjalanlah dengan keyakinan, namun kenalilah semua konsekuensinya.

Eleanor Roosevelt meninggal dunia di usia 78 tahun sebagai salah seorang manusia terunggul yang pernah hidup pada abad ke-20. Dan selama hidupnya praktis tak pernah berhenti berkarya dalam upaya kemanusiaan.   

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home