Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 08:50 WIB | Minggu, 28 April 2024

Sekjen NATO: Belum Terlambat bagi Ukraina untuk Mengalahkan Rusia

Prajurit Ukraina berlatih dalam latihan tempur yang melibatkan BMP-1 di Donbas, Ukraina saat perang Rusia-Ukraina berlanjut pada 19 Maret 2024. (Foto: dok. Anadolu)

BERLIN, SATUHARAPAN.COM-Sekjen NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan pada hari Kamis (25/4) bahwa “belum terlambat bagi Ukraina untuk menang” melawan Rusia selama sekutunya memenuhi janji untuk mengirimkan lebih banyak senjata.

“Dalam beberapa bulan terakhir, sekutu NATO belum memberikan dukungan yang kami janjikan,” katanya dalam pidato saat berkunjung ke Berlin, Jerman. “Tetapi belum terlambat bagi Ukraina untuk menang, karena lebih banyak dukungan akan datang.”

Ukraina mengalami kemunduran di medan perang melawan pasukan Rusia karena kekurangan amunisi dan senjata.

Namun Stoltenberg mencatat bahwa Kongres Amerika Serikat akhirnya menyetujui rancangan undang-undang untuk memberikan miliaran dolar dukungan kepada Ukraina, dan negara-negara lain termasuk Inggris, Jerman dan Belanda telah membuat janji baru.

“Sekarang menjadi tanggung jawab kita untuk mewujudkan komitmen ini menjadi pengiriman senjata dan amunisi yang nyata – dan melakukannya dengan cepat,” katanya.

Stoltenberg juga mengecam China, menuduh Beijing “menopang ekonomi perang Rusia” dengan berbagi teknologi canggih yang dapat digunakan untuk memproduksi rudal, tank, dan pesawat terbang.

“China mengatakan mereka menginginkan hubungan baik dengan Barat. Pada saat yang sama, Beijing terus mengobarkan konflik bersenjata terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua,” katanya, seraya memperingatkan bahwa “mereka tidak bisa melakukan keduanya.”

Berlin dan Beijing secara tradisional memiliki hubungan ekonomi yang erat, dengan perusahaan-perusahaan Jerman berinvestasi dalam jumlah besar di China dan mengekspor barang dalam jumlah besar ke negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia.

Namun setelah guncangan energi yang disebabkan oleh perang Ukraina sangat memukul sektor manufaktur penting di Jerman, tekanan semakin meningkat terhadap perusahaan-perusahaan Jerman untuk mengurangi ketergantungan mereka pada China yang otoriter.

Dalam kunjungannya ke China pekan lalu, Kanselir Olaf Scholz menekankan bahwa Jerman tidak ingin “melepaskan diri” dari China, melainkan berupaya mengurangi “ketergantungan sepihak.” (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home