Loading...
INDONESIA
Penulis: Melki Pangaribuan 16:23 WIB | Kamis, 29 Desember 2016

Terjadi 2.342 Bencana Selama 2016, Rekor Sejak 2002

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (tengah) melakukan trauma "Trauma Healing" saat mengunjungi anak-anak koraban banjir di Posko pengungsi Kelurahan Tanjung, Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima, NTB, Selasa (27/12). Menurut Mensos anak-anak perlu dipulihkan mentalnya pasca banjir agar bisa menatap kembali kehidupan mereka dan melupakan trauma yang dialaminya akibat bencana. (Foto: Antara/Basri)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan Indonesia memang kaya dengan bencana di mana selama tahun 2016 terdapat 2.342 kejadian bencana.

“Sebuah rekor baru. Tertinggi dalam pencatatan kejadian bencana sejak tahun 2002,” kata Sutopo dalam siaran pers, di Jakarta, hari Kamis (29/12).

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada tahun 2015 terjadi 1.732 bencana, 2014 (1.967 bencana), 2013 (1.674 bencana), 2012 (1.811 bencana).

“Dibandingkan dengan kejadian bencana tahun 2015 terjadi peningkatan 35 persen,” katanya.

Sutopo menambahkan, dari 2.342 bencana pada tahun 2016 tersebut sekitar 92 persen adalah bencana hidrometeorologi yang didominasi oleh banjir, longsor dan puting beliung.

Selama 2016 terjadi 766 bencana banjir, 612 longsor, 669 puting beliung, 74 kombinasi banjir dan longsor, 178 kebakaran hutan dan lahan, 13 gempa, tujuh erupsi gunung meletus, dan 23 gelombang pasang dan abrasi.

Dampak yang ditimbulkan bencana telah menyebabkan 522 orang meninggal dunia dan hilang, 3,05 juta jiwa mengungsi dan menderita, 69.287 unit rumah rusak dimana 9.171 rusak berat, 13.077 rusak sedang, 47.039 rusak ringan, dan 2.311 unit fasilitas umum rusak.

“Tidak adanya musim kemarau yang jelas, yang ada adalah kemarau basah menyebabkan banjir, longsor dan puting beliung meningkat. Bahkan saat puncak musim kemarau pun banyak terjadi banjir dan longsor,” katanya.

Menurut dia, kemarau basah ini juga menyebabkan kebakaran hutan dan lahan dan kekeringan berkurang signifikan. Dibandingkan dengan tahun 2015, kejadian banjir meningkat 52 persen, longsor 19 persen, putting beliung 15 persen dan kombinasi antara banjir dan longsor meningkat 139 persen.

BNPB mencatat, banjir merupakan bencana yang paling banyak kejadiannya. Selama 2016 terjadi 766 kejadian banjir yang menyebabkan 147 jiwa meninggal dunia, 107 jiwa luka, 2,72 juta jiwa mengungsi dan menderita, dan 30.669 rumah rusak.

“Daerah rawan banjir meluas seperti adanya kejadian banjir besar yang sebelumnya belum pernah terjadi seperti banjir di Pangkal Pinang, Kota Bandung, Kota Bima dan lainnya,” katanya.

Longsor Bencana Paling Mematikan

Sementara itu, seperti halnya pada tahun sebelumnya, kata Sutopo, longsor merupakan bencana yang paling mematikan selama 2016. Longsor menyebabkan 188 jiwa meninggal dunia. Tahun 2015 terdapat 135 jiwa meninggal dunia.

“Tingginya kerentanan longsor menyebabkan longsor menjadi bencana yang paling banyak menimbulkan korban jiwa. Ada 40,9 juta jiwa masyarakat terpapar dari bahaya sedang-tinggi dari longsor,” katanya.

Sutopo mengatakan, kebakaran hutan dan lahan selama 2016 dapat dikendalikan dengan baik. Pencegahan yang dilakukan serius oleh Pemerintah dan Pemda telah menyebabkan jumlah hotspot menurun 80 persen dibandingkan tahun 2015.

Daerah-daerah langganan kebakaran hutan dan lahan seperti di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan mampu dikendalikan sehingga kebakaran tidak meluas.

“Tidak ada daerah di Sumatera dan Kalimantan yang tertutup asap pekat seperti halnya tahun 2015,” katanya.

Sedangkan untuk bencana geologi. Selama tahun 2016 terjadi 5.578 gempabumi atau rata-rata 460 gempa setiap bulan, dan 12 gempa diantaranya merusak. Berdasarkan kekuatannya terdapat 181 kali gempa di atas M 5, 10 kali gempa dengan kekuatan M 6-6,9 dan satu kali gempa berkekuatan M 7,8 (pada 2/3/2016).

Menurut data BNPB, gempa paling merusak adalah gempa Pidie Jaya M 6,5 pada 7/12/2016 yang menyebabkan 103 jiwa meninggal dunia, 267 jiwa luka berat, 127 jiwa luka berat, 91.267 jiwa mengungsi, 2.357 rumah rusak berat, 5.291 rumah rusak sedang, 4.184 rumah rusak ringan dan kerusakan lainnya.

“Kejadian gempa M 7,8 dan tsunami kecil pada 2/3/2016 memberikan pembelajaran bahwa peringatan dini sudah berjalan dengan baik. Namun masih ada masalah di hilirnya yaitu respons Pemda dan masyarakat saat terjadi peringatan dini tsunami,” katanya.

Budaya Sadar Bencana Masih Cukup Rendah

Sedangkan untuk bencana letusan gunungapi, BNPB mencatat hingga saat ini terapat 16 gunungapi aktif dari 127 gunungapi yang statusnya di atas normal. Satu status Awas (level 4) dan 15 status Waspada (level 2).

Menurut dia, sistem peringatan dini gunungapi berjalan dengan baik. Selama tahun 2016, Gunung Sinabung di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara terus meletus.

Sejak 2/6/2015 hingga sekarang status Awas (level 4) Gunung Sinabung. Aktivitas masih tinggi, hampir setiap hari meletus dan diikuti luncuran awan panas.

Kawasan Rawan Bencana terus bertambah luas sehingga jumlah warga yang harus direlokasi juga bertambah. Saat ini masih ada warga 9.319 jiwa dari sembilan desa di sekitar Gunung Sinabung yang mengungsi. Selain itu juga ada 4.967 jiwa warga dari empat desa yang dalam persiapan relokasi mandiri.

“Meningkatnya bencana tersebut tentu menuntut upaya pengurangan risiko bencana perlu ditingkatkan. Budaya sadar bencana masih cukup rendah. Jutaan masyarakat Indonesia masih tinggal di daerah rawan bencana dengan tingkat mitigasi bencana yang rendah,” katanya.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home