Loading...
SAINS
Penulis: Sotyati 12:55 WIB | Kamis, 12 Maret 2015

Universitas Brawijaya Serukan Revolusi Singkong

Ilustrasi: panen singkong. (Foto: Antara)

MALANG, SATUHARAPAN.COM - Ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi), Dr Bayu Krisnamurthi, menyerukan untuk menggalakkan revolusi singkong. Dia mengemukakannya dalam International Workshop Of Cassava, yang diselenggarakan di Gedung Baru Fakultas Pertanian (FP) lantai 5 Universitas Brawijaya Malang, Selasa, 10 Maret.

Singkong, menurut  Bayu, menjadi kebutuhan utama bagi produsen di Indonesia. Dia mencontohkan di Kota Madiun, produsen berbahan baku singkong membutuhkan 5.000 ton per hari.  "Jadi bisa diasumsikan setiap hari harus ada 5.000 ton singkong yang dipanen. Dan, itu baru satu kota saja," katanya.

Singkong tidak hanya dikonsumsi sebagai bahan makanan, namun juga diolah menjadi berbagai macam bahan baku mulai dari tepung tapioka, gula cair, hingga pemanis alami bagi penderita diabetes.

Melihat kebutuhan singkong di Indonesia yang begitu banyak, perlu strategi untuk meningkatkan produksinya. Guru Besar FP UB, Prof Bambang Guritno, dan situs resmi Universitas Brawijaya menjelaskan, strategi untuk meningkatkan produksi singkong menekankan tiga hal, yaitu research and development (penelitian dan pengembangan) sistem produksi, saat panen dan pascapanen.

Research and development meliputi dukungan dari pemerintah dan sektor swasta sebagai penggerak, melakukan kerja sama penelitian, merekrut peneliti-peneliti muda, dan mengadakan program penelitian yang ditekankan melalui penggunaan teknologi.

Pada sistem produksi, yang perlu ditekankan antara lain menstabilkan harga singkong pada level petani, meminimalisasi degradasi tanah dan lahan, percepatan alih teknologi, dan perluasan singkong sebagai industri pertanian.

Pada saat panen dan pasca panen, yang harus dilakukan antara lain mendukung pengolahan singkong pada level pertanian, pengembangan industri untuk menghasilkan mesin pengolahan singkong, dan mengembangkan produk olahan dari singkong.

International Workshop of Cassava juga mendatangkan pembicara dari Thailand Dr Kuakoon Piyachomkwan yang memaparkan “Technological Progress of Cassava Production for Small-scale Farming”, Dr Chareinsak Rojanaridpiched yang memaparkan “Partnership Models and Empowerment Strategies for Cassava Farming: Experience from Thailand”, dan Cadul Vinaiphat serta Preecha Temprom yang mempresentasikan “Institutional Development for Strengthening Upstream and Downstream Agribusiness”. (ub.ac.id)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home