Loading...
SAINS
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 08:47 WIB | Jumat, 16 Mei 2014

Wapres Boediono: Indonesia Rentan Degradasi Koral

Wakil Presiden Boediono dalam kata sambutannya di World Coral Reef Conference 2014. (Foto: setkab.go.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Wakil Presiden (Wapres) Boediono menyatakan, hampir 60 juta penduduk Indonesia tinggal di garis pantai dan sangat bergantung terhadap terumbu karang. Oleh karena itu, Indonesia sangat rentan terhadap degradasi koral.

Hal itu dia ungkapkan pada saat membuka World Coral Reef Conference (WCRC) 2014 di Grand Kawanua Center, Manado, Sulawesi Utara, Jumat (16/5). Wapres menyebutkan ketika terjadi peningkatan suhu air laut akibat perubahan iklim global tahun 2010, timbul kerusakan koral dalam jumlah besar di seluruh Asia Tenggara. Kerusakan tersebut juga dipengaruhi oleh ulah manusia.

“Polusi maritim, yang tidak terkendali, pembuangan limbah kapal, dan penangkapan ikan yang berlebihan dan destruktif di perairan Indonesia merupakan permasalahan yang mendapat perhatian Pemerintah Indonesia dan perlu ditangani bersama,” kata Wapres.

Dia juga menyatakan bahwa beberapa daerah yang mengalami dampak besar terhadap kerusakan koral adalah wilayah Sumatera dan Sulawesi. Sedangkan yang ringan dan sedang terjadi di Laut Jawa, Bali, Lombok, Papua bagian utara dan Kepulauan Maluku.

Boediono mengingatkan bahwa terumbu karang adalah ekosistem dunia yang harus dijaga dan menyebutkan bahwa terumbu karang di Indonesia sangat kaya dengan keanekaragaman hayati di dunia. Di terumbu karang itulah hidup berbagai jenis ikan dan hewan laut lainnya.

Dia berharap, WCRC sebagai forum global pertemuan pemerintah yang pertama kali diadakan, dapat menghasilkan kesepakatan global menuju pengelolaan terumbu karang yang berkelanjutan.

Sebagai bagian dari komitmen Indonesia dalam Coral Triangle Initiative (CTI), tambah Wapres, pada tahun 2010 Pemerintah Indonesia mendedikasikan sebagian dari wilayah lautnya untuk menjadi daerah konservasi sumber daya alam laut (marine resources conservation). “Komitmen tersebut akan diperkuat dengan rencana menambah wilayah konservasi tersebut pada tahun 2020,” ujarnya.

Menurut Wapres,  Indonesia masih harus berbuat banyak lagi untuk menangani hal ini. Masih banyak daerah konservasi sumber daya alam laut (marine resources conservation) yang masih belum efektif pengelolaannya. “Masing-masing dari kita memiliki daerah terumbu karang yang perlu dipelihara dan dikonservasi. Kita perlu meningkatkan upaya kita masing-masing. Tapi melihat karakter permasalahannya, kerjasama antar negara, bahkan kerjasama global mutlak merupakan suatu keharusan,” paparnya.

Dalam kesempatan itu, Wapres Boediono menyampaikan sejumlah pandangannya terkait dengan pengelolaan terumbu karang, yaitu:

Pertama, konservasi dan pemanfaatan terumbu karang secara berkesinambungan dapat diimplementasikan melalui tindakan tepat-guna yang diadopsi secara global. “Tindakan ini harus mengacu pada visi jangka panjang, pendekatan terintegrasi, dengan effective governance, pendekatan yang ramah jender dan sensitif resiko bencana serta orientasi bisnis yang ramah lingkungan,” ujarnya

Kedua, terumbu karang merupakan salah satu faktor utama dalam ekosistem laut yang perlu dipelihara agar produksi ikan dapat berjalan demi menjaga ketahanan pangan masyarakat. Untuk itu, diperlukan komitmen dan inisiatif di tingkat nasional, global, maupun regional untuk meningkatkan pengelolaan terumbu karang sebagai penopang laut dan sumber pangan yang berkesinambungan.

Ketiga, inisiatif dan kemitraan yang efektif sangat dibutuhkan untuk mendorong upaya global dalam pengelolaan terumbu karang.

Keempat, perlu didorong upaya-upaya yang telah ada dengan dukungan masyarakat internasional melalui forum-forum internasional.

Pembukaan World Coral Reef Conference 2014 itu dihadiri oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Syarif Cicip Sutardjo, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, Gubernur Sulawesi Utara SH Sarundajang, juga para penggiat terumbu karang dari negara-negara regional seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Philipina, Brunei dan Timor Leste, serta perwakilan organisasi-organisasi internasional yang menangani isu terumbu karang, kelautan dan perikanan. (setkab.go.id)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home