Loading...
INDONESIA
Penulis: Trisno S Sutanto 20:43 WIB | Sabtu, 08 Juni 2013

Warisan Almarhum Taufik Kiemas

Warisan Almarhum Taufik Kiemas
Alm. Taufik Kiemas (keempat dari kanan) saat menerima Forum Rohaniawan se-Jabodetabek Snein 8 April 2013 (Foto-foto: Trisno S. Sutanto)
Warisan Almarhum Taufik Kiemas
Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe bersama tokoh-tokoh agama lain saat datang ke gedung MPR-RI
Warisan Almarhum Taufik Kiemas
Forum Rohaniawan se-Jabodetabek datang mengadukan keprihatinan mereka pada MPR-RI

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sore (8/06) tadi, datang berita duka dari Singapura: Taufik Kiemas, Ketua MPR-RI, menghembuskan nafas terakhir setelah menjalani perawatan intensif.

Suami ketiga Megawati Soekarnoputri tersebut dilahirkan di Jakarta, 31 Desember 1942, dan dikenal sebagai pengusaha sukses sebelum menjadi politisi tangguh dan duduk sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDI-P. Sejak 2009, lelaki murah senyum dan akrab dengan banyak kalangan itu duduk di kursi MPR-RI.

Sebagai Ketua MPR-RI, Taufik Kiemas terkenal karena “getol” mendorong sosialisasi “empat pilar”, yakni Bhineka Tunggal Ika, Pancasila, UUD 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai landasan utama kehidupan berbangsa dan bernegara. Usahanya yang serius membuat diskursus “empat pilar”, walau kontroversial, masuk menjadi perbincangan politik.

Taufik juga dikenal memberi perhatian besar pada kasus-kasus intoleransi yang akhir-akhir ini mengemuka. Pada hari Senin, 8 April lalu, bersama jajaran MPR-RI ia menerima tokoh-tokoh agama yang bergabung dalam Forum Rohaniawan se-Jabodetabek. Mereka datang ke gedung MPR-RI untuk menyampaikan keprihatinan melihat praktik-praktik intoleransi yang meluas, baik penutupan gereja, penyegelan mesjid Ahmadiyah, kekerasan terhadap warga Syiah, dstnya.

Kepada mereka, Taufik menegaskan komitmennya untuk menjaga Bhineka Tunggal Ika sebagai ikatan pemersatu di antara keanekargaman di Indonesia. “Kerukunan hidup di Indonesia tergantung pada itu [Bhineka Tunggal Ika—red.]. Kalau itu bergoyang, maka tidak akan ada lagi NKRI yang kita cintai ini,” ujarnya di hadapan tokoh-tokoh agama, didampingi Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe, Ketua Umum PGI.

Dan Pancasila merupakan bentuk pengikat yang dapat menyatukan seluruh keanekaragaman yang ada di tanah air. “Kita memiliki ratusan suku, ribuan pulau, dan begitu banyak bahasa serta agama. Namun kita masih tetap bersatu. Itu karena kita memiliki Pancasila,” ujarnya. “Karena itu kita harus selalu menjaganya.”

Pada pertemuan itu pula, Taufik berjanji akan menyampaikan keprihatian Forum Rohaniawan se-Jabodetabek kepada Presiden SBY, Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung, Kepolisian RI, dan lembaga-lembaga negara terkait.

Selamat jalan, pak Taufik!

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home