Loading...
MEDIA
Penulis: Sotyati 12:21 WIB | Selasa, 08 April 2014

Wartawan Filipina Tewas Ditembak di Rumahnya

Foto Rubylita Garcia diambil dari akun Facebook pribadinya. (Foto: ucanews.com)

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Komisi Perlindungan Wartawan (Committee to Protect Journalists) pada Selasa (8/4) mendesak pihak berwenang di Filipina untuk melakukan penyelidikan tuntas atas kasus pembunuhan seorang wartawan lokal pada Minggu (6/4), dan menyeret pelakunya ke pengadilan.

Dua penyerang diberitakan melepaskan beberapa tembakan ke arah Rubylita Garcia (52), saat ia memasuki rumahnya di Bacoor City, di Provinsi Cavite. Peristiwa itu, seperti dilaporkan ucanews.com, terjadi di depan mata cucunya. Pelaku penyerangan segera melarikan diri dengan sepeda motor seusai melakukan aksinya. Garcia segera dilarikan ke rumah sakit terdekat, namun nyawanya tidak tertolong.       

Garcia adalah reporter untuk tabloid berita Remate dan juga dikenal sebagai host untuk acara talk show di stasiun radio lokal dwAD. Dia anggota persatuan wartawan nasional, National Press Club, dan pernah menjabat Ketua Organisasi Konfederasi Praktisi Media Aktif, lembaga tempat bernaung kelompok wartawan lokal di wilayah tersebut.

Para wartawan lokal di provinsi itu memperkirakan pembunuhan itu berhubungan dengan tugasnya. Garcia sangat dikenal sebagai wartawan yang gigih menyajikan berita-berita kritis, mengungkap borok di tubuh lembaga kepolisian Cavite.  

Suatu berita menyebutkan ketika Garcia masih sadar, ia mengidentifikasi seorang perwira tinggi polisi setempat sebagai sosok di balik penyerangan. Petinggi Remate, Benny Antiporda, membenarkan Garcia dan seorang pejabat polisi baru-baru ini terlibat perang kata-kata. Namun, tidak jelas apa yang pemicunya. 

“Tewasnya Garcia menegaskan kembali reputasi Filipina sebagai salah satu tempat paling berbahaya di dunia dan mematikan bagi seorang jurnalis,” kata Bob Dietz, Koordinator CPJ Program Asia, “Sampai pelaku pembunuhan Garcia dan jurnalis dari berbagai negara lain diadili, kejadian seperti itu pasti akan terus berlanjut.”

Host radio yang menyewa airtime dari stasiun radio lokal, disebut block-timer, sering menjadi target di di Filipina. Negara itu masuk dalam peringkat kedua sebagai tempat paling mematikan bagi wartawan, menurut penelitian CPJ. Tercatat 74 wartawan tewas dibunuh di Filipina sejak CPJ mulai merekam data pada 1992. (cpj.org


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home