Loading...
RELIGI
Penulis: Reporter Satuharapan 21:08 WIB | Rabu, 17 September 2014

Zulfan Lindan: Tidak Ada Mayoritas dan Minoritas

Zulfan Lindan: Tidak Ada Mayoritas dan Minoritas
Zulfan Lindan aalah ketua umum Gerakan Masyarakat Penerus (GMP) Bung Karno. (Foto-foto: Francisca CR)
Zulfan Lindan: Tidak Ada Mayoritas dan Minoritas
Zulfan Lindan saat ditemui Satuharapan.com di Hotel Acacia, Jakarta Pusat pada Rabu (17/9) saat acara Dialog Kebangsaan bertajuk “Arah Kebijakan Ekonomi & Politik Pemerintahan Joko Widodo”.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – “Agama ini hanya sekat karena sesungguhnya manusia sama-sama hamba Tuhan. Apabila nilai spiritualitas ditanamkan, tidak ada mayoritas dan minoritas,” ujar Zulfan Lindan ketua umum Gerakan Masyarakat Penerus (GMP) Bung Karno pada satuharapan.com Rabu (17/9) di Hotel Acacia, Jakarta Pusat.

Menanggapi kasus rasial yang terjadi belakangan ini di sejumlah wilayah di dunia, Zulfan berpendapat bahwa kaum mayoritas seharusnya dapat melindungi kaum minoritas sehingga tidak merasa hidupnya terproteksi. Kasih sayang juga harus terbangun sebagai pengalaman agama yang telah dipeluk oleh manusia agar tidak ada lagi jurang perbedaan antara mayoritas dan minoritas.

Pentingnya Penanaman Nilai Spiritual

Untuk mencapai koeksistensi, Zulfan mengimbau masyarakat agar tidak melihat kehidupan dari sisi hukum saja.

“Jangan melihat ini dari sisi hukum saja. Kita juga harus membangun aspek-aspek nilai kemanusiaan dan spiritual,” katanya.

“Persoalan spiritual ini menjadi sangat penting bagi masyarakat,” Zulfan menambahkan.

Zulfan berpendapat bahwa masyarakat seharusnya belajar nilai-nilai teologi terlebih dahulu. Dari teologi itulah hukum akan dihasilkan.

Persoalan penanaman nilai spiritual ini menjadi penting bagi Zulfan mengingat masyarakat saat ini tidak lagi mementingkan kepentingan luhur di dalam nilai-nilai budaya.

“Kita semua berjalan pada aspek praktis. Dalam aspek politik pun berjalan aspek praktis. Padahal kalau itu di bangun dengan kekuatan spiritualitas, mereka (para politisi) tidak akan lagi berpikir egois,” paparnya.

Dengan menanamkan nilai spiritual, para politisi akan dapat berpikir hal-hal terbaik untuk kepentingan masyarakat.

Sifat-sifat egois dalam tubuh politik yang terjadi sekarang ini diduga muncul karena adanya penyingkiran nilai-nilai spiritualitas padahal masyarakat ingin melihat aktivitas-aktivitas yang dijalankan para penyelenggara negara berlandaskan atas dasar kepentingan masyarakat. Begitu juga dengan kepentingan-kepentingan sosial-politik yang ada, harus berangkat dari aspek kemasyarakatan.

Zulfan beranggapan keyakinan terhadap penanaman spiritualitas akan membawa nilai-nilai positif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Kalau tidak ada keyakinan (penanaman nilai spiritualitas), akan menjadi berat, apalagi untuk membangun leadership. Itu sulit,” Zulfan memaparkan.

Belajar dari Bung Karno

Sebagai aktivis, Zulfan mengaku telah banyak belajar dari Bung Karno.

“Makanya saya mempelajari Bung Karno karena Bung Karno ini leadership-nya jelas. Mau diembargo oleh seluruh dunia ya sialakan,” katanya.

Zulfan menilai Bung Karno telah berhasil mengajarkan rakyat supaya siap berada dalam kondisi apapun. Sebagai bangsa, karakter masyarakat akan terbangun dengan kondisi semacam itu.

“Ada kebanggaan jika masyarakat yakin dapat berdikari. Akan tetapi, kalau keyakinan itu tidak dibangun pada diri kita, bangsa ini akan terus mengalami ketergantungan. Masyarakat harus dihajar menghadapi realitas. Itulah yang harus dibangun dalam revolusi mental."

Menanggapi pemerintahan selanjutnya, Zulfan mengimbau agar Jokowi dapat membangun revolusi mental dalam segala aspek.

“Jangan hanya pada etos kerja. Mental rakyat harus diubah menjadi mental prihatin. Paling penting dalam pendidikan politik revolusi mental ialah bagaimana seseorang dapat mengubah mental masyarakat. Kalau tidak dididik seperti ini, Indonesia tidak akan mencapai kemajuan,” Zulfan memungkasi.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home