Loading...
DUNIA
Penulis: Equivalent Pangasi 17:50 WIB | Selasa, 11 Maret 2014

20 Persen Ateis dan Agnostik Tidak Mendukung Pernikahan Sesama Jenis

Chris Stedman dalam laporannya pada Religion News Service, Senin (10/3), mengatakan bahwa menjadi ateis tidak berarti terhindar dari pengaruh homophobia dan misogini. (Foto: religionnews.com)

WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM – Menurut Pew Research Center, ada sekitar 20 persen orang yang menyebut diri ateis dan agnostik yang tidak mendukung pernikahan sesama jenis. Jumlah tersebut memang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok lainnya, tetapi jelas bukan nihil, demikian dilaporkan Chris Stedman dalam Religion News Service, Senin (10/3).

Hak-hak perempuan dan kelompok LGBTQ (lesbian, gay, bisexual, transgender, dan queer) telah menjadi topik diskusi besar di dunia blog kelompok ateis, di mana beberapa di antaranya mempertanyakan ada atau tidaknya kelompok ateis yang seksis atau homophobic. Jelas sudah bahwa isu-isu itu masih menjadi masalah dalam pergerakan ateisme.

Perbincangan dimulai ketika Presiden American Atheists, Dave Silverman, mengatakan dalam wawancara saat menghadiri The Conservative Political Action Conference (CPAC) bahwasanya ada argumentasi sekuler menentang aborsi.

Sejumlah blogger ateis merespons pernyataan tersebut. Mereka mengatakan Silverman menjadi kaki tangan penentang aborsi untuk membuat terobosan di kalangan konservatif.

Silverman melanjutkan diskusi melalui akun Twitter, menekankan ia tidak menentang kebebasan reproduktif. Ia juga mengatakan  tidak pernah berjumpa dengan seorang ateis yang anti-LGBTQ. Selain itu, ia turut menyatakan argumentasi menentang hak LGBTQ adalah 100 persen religius.

Stedman menyebut pernyataan Silverman yang mengatakan ada ateis yang menentang hak perempuan dalam menetukan sikap sebagai pernyataan yang benar. Sebaliknya, pernyataannya yang mengatakan tidak ada ateis yang homophobia sebagai pernyataan yang keliru.

Mengenai sikap anti-LGBTQ, Stedman pernah mendengar pengakuan dari seorang ateis yang mengatakan, “saya terlalu banci, bahwa dengan menjadi gay membuat saya melihat ateis seperti orang aneh, atau homoseksualitas saya ini menjadikan saya sebagai suara yang tidak berguna bagi ateis.”

Memang benar bahwa tidak semua ateis homophobic atau seksis, tidak pula dengan teis. Namun, semua kelompok bergumul dengan homophobia, rasisme, misogini, dan sikap tidak manusiawi lainnya.

“Menjadi ateis tidak melindungimu dari pengaruh homophobia dan misogini. Apakah Anda seorang ateis atau teis, kita semua harus mengakui bahwa sikap-sikap semacam itu ada,” Stedman menutup laporannya. (religionnews.com)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home