Loading...
RELIGI
Penulis: Bayu Probo 20:54 WIB | Rabu, 04 Desember 2013

26 Tahun Pikul Salib 25 Kg

26 Tahun Pikul Salib 25 Kg
Bertemu penduduk desa Assam di wilayah timur laut India. (Foto-foto: Lindsay Hamon)
26 Tahun Pikul Salib 25 Kg
Melakukan perjalanan di Nepal.
26 Tahun Pikul Salib 25 Kg
Lindsay Hamon memulai perjalanan pada 1987.

LONDON, SATUHARAPAN.COM – Ziarah masih merupakan bagian penting dari kehidupan jutaan manusia, tapi satu orang yang melanjutkan perjalanan ziarahnya dengan caranya sendiri. Lindsay Hamon, laki-laki 61 tahun, memikul salib seberat 25 kg berkeliling dunia.

Terbuat dari kayu dan dengan roda di ujungnya, Hamon telah memanggul kayu lambang kekristenan tersebut ke seluruh Inggris dan ke bagian terpencil di dunia termasuk Bangladesh, Nepal, India, dan Sri Lanka. Selama 26 tahun terakhir dia telah melakukan perjalanan lebih dari 7.500 kilometer.

“Ini dimulai dengan cara sederhana, Land's End ke Plymouth,” kata Hamon kepada BBC, Selasa (3/12). “Beberapa bulan kemudian, Plymouth ke London dan kemudian seluruh Irlandia. Dan, kemudian akhirnya London ke Berlin, Berlin ke Moskow, dan Berlin ke Paris dan Slovakia dan Hungaria,” kata Hamon.

Alasan

Sebagai seorang Kristen, Hamon pertama mulai berjalan dengan salib setelah seorang teman dekat kehilangan iman. “Saya memutuskan untuk berjalan ke kota tempat ia tinggal dan saya akan berdoa setiap hari baginya agar kembali kepada Allah. Saya tidak yakin apakah teman saya datang kembali kepada Tuhan, tapi dalam perjalanan, saya memutuskan untuk berjalan membawa salib sebagai bentuk kesaksian.

“Apa yang menakjubkan adalah efek itu pada orang-orang saat saya berjalan ke kota pertama. Orang-orang akan menghentikan mobil mereka dan datang dan berbicara dengan saya. Orang-orang akan mengundang saya ke pub. Sejumlah orang asing akan berkata, ‘Mengapa kamu melakukan ini, apa arti semua ini?’” kata Hamon.

Dia mengatakan salib menjadi semacam pencair suasana dan membuka percakapan. Melalui salib itu saya bisa berkata  bahwa sebagai masyarakat, kita cenderung membawa terlalu banyak beban.

“Kita terus menerus membawa dan memasukkan beban dalam ‘ruang’ hidup kita dan masalah terbesarnya adalah kesepian dan ketidakbersediaan orang-orang untuk berbagi dari diri mereka sendiri,” kata Hamon.

Salib Ketiga

Salib yang ia bawa sekarang adalah salib ketiga, dan dibuat oleh seorang teman yang adalah tukang bangunan. “Yang pertama, dicuri di festival Reading Rock dan yang kedua disita oleh bea cukai India beberapa tahun yang lalu,” kata Hamon.

Salib itu terdiri dari tiga bagian yang disatukan. Namun, barang itu masih menjadi objek yang dipermasalahkan saat di bandara. Petugas bea cukai di Hong Kong berpikir salib adalah sepeda roda satu.

Namun menurut Hamon, ia cenderung mendapatkan banyak komentar tentang roda di bagian bawah. “Semua orang ingin mempermasalahkan itu dan berkata, ‘Salib Yesus tidak memakai roda.’ Saya bisa menjadi jutawan jika diberi uang setiap kali seseorang mengomentari ,” kata Hamon

Sulit

Perjalanan ke bagian terpencil di dunia di seluruh medan yang terisolasi dan sulit, secara fisik sangat menantang dan “Anda membayarnya dengan lepuh-lepuh,” kata Hamon.

Ia tidak dapat membawa ransel karena salib di bahunya, dia harus memastikan segala yang dia butuhkan dimuat ke tas kecil yang melekat pada ikat pinggangnya.

“Walaupun Anda hanya lupa satu hal, ini dapat berakhir dalam situasi yang sangat sulit. Saya ingat lupa membawa obor dan kemudian menemukan sedang berjalan di daerah yang total gelap di Bangladesh dan kaki saya masuk ke sebuah lubang besar.

“Pergelangan kaki saya patah. Hal itu bisa menjadi sangat serius, sangat cepat, hanya karena saya tidak mempersiapkan dengan baik.”

Tetap Fokus

Hal ini juga penting untuk secara mental tetap fokus, kata Hamon. “Ada saat-saat ketika Anda benar-benar sendirian, sehingga Anda akan melalui Bulgaria atau di suatu tempat, dan untuk jangka waktu yang panjang, benar-benar haus.”

Reaksi ia dapat di berbagai tempat yang berbeda di seluruh dunia dapat bervariasi secara dramatis. “Sebagian besar waktu itu luar biasa bermanfaat dan orang sering terbuka, tapi sering kali Anda mungkin pergi ke sebuah desa dan Anda bisa merasakan ketegangan,” kata Hamon.

“Kadang-kadang Anda hanya tahu bahwa itu benar untuk berhenti dan berbicara dan lain kali Anda tahu untuk terus bergerak, hanya terus berjalan.”

Selain mendapat komentar ramah, ia juga pernah dihina sepanjang perjalanan di kota-kota. “Ini seperti ‘bergantung pada sehelai rambut’ segera setelah Anda mulai berjalan. Kadang ada ucapan riang  dari sopir taksi, kadang orang mengutuk dengan cara yang sangat keji, dan lain kali orang mengatakan, ‘Well done mate, terus berjalan’.”

“Ada reaksi nyata untuk suatu skenario sederhana dari seorang laki-laki dengan salib seukuran asli berjalan menyusuri jalan,” kata Hamon.

Saat kanak-kanak, ia menderita asma dan sering sakit-sakitan dan kagum bahwa ia merasa lebih kuat sekarang pada usia 61 daripada ketika ia masih muda. Dia juga mengatakan membawa salib telah menyebabkan hasil pertemuan lebih kuat dengan orang-orang.

“Ini hampir seperti Anda menjadi seorang pendeta atau biarawan, tapi di jalan, dan tidak di balik dinding aman gereja. Anda sebenarnya sangat rentan.”

“Anda mungkin berjalan menyusuri perumahan kasar atau berjalan melalui sebuah negara dan Anda tidak tahu apakah desa akan menerima Anda atau menolak Anda. Dan, karena Anda rentan, Anda juga dapat mudah diraih,” kata Hamon.

Rencana Selanjutnya

Jadi daerah mana berikutnya? Hamon ingin mengunjungi China, Afrika, dan Amerika Selatan di beberapa titik dan akan terus berjalan dengan salib sampai ia tidak bisa melakukannya lagi.

“Dalam beberapa hal, satu-satunya penyesalan saya adalah saya tidak memulai lebih awal. Saya ingin membawa salib itu ke tempat-tempat yang orang tidak sering pergi. Aku ingin pergi ke Kazakhstan atau Uzbekistan,” kata Hamon. 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home