Loading...
DUNIA
Penulis: Eben E. Siadari 18:18 WIB | Selasa, 04 Oktober 2016

300 Orang Tewas Terinjak-injak di Perayaan Syukur di Etiopia

Diperkiraan dua juta orang menghadiri perayaan keagamaan orang-orang Oromo, yang berujung bentrokan antara aparat keamanan dan pengunjuk rasa, menewaskan ratusan orang (Foto: sudantribune.com)

BISHOFTU, SATUHARAPAN.COM - Pihak berwewenang mengatakan antara 52 hingga 58 orang tewas karena terinjak-injak pada hari Minggu (2/10) pada sebuah perayaan agama setempat di Etiopia. Namun, para aktivis memperkirakan jumlahnya lebih dari itu, bahkan sebuah perkiraan mengatakan jumlah yang meninggal mencapai 300 orang.

Pada hari Senin (3/10) Pemerintah Etiopia mengumumkan hari berkabung setelah jatuhnya korban karena terinjak-injak pada perayaan Irreeca, sebuah upacara pengucapan syukur kepada Tuhan atas berlalunya musim dingin, yang setiap tahun dirayakan oleh orang-orang Oromo di Etiopia.  Salah satu versi mengatakan kekacauan dipicu oleh bentrokan antara kepolisian dengan para demonstran, dalam perayaan yang diperkirakan dihadiri oleh 2 juta orang itu.

Ini merupakan peristiwa fatal terbaru dari gelombang kemarahan terhadap pemerintahan otoriter di negara tersebut.

Pihak berwenang dan sumber medis mengatakan jumlah korban yang tewas bervariasi dari 52 sampai 58 orang dalam kerusuhan pada perayaan di kota Bishoftu, timur ibu kota Addis Ababa. Namun, Seorang aktivis Oromo, Jawar Mohamed, mengatakan hampir 300 orang tewas dan banyak lainnya yang terluka.

Menurut dia, sebagaimana dilaporkan oleh BBC, pasukan dan sebuah helikopter tempur memulai tembakan yang mendorong orang-orang ke arah jurang dan jatuh ke danau.

Kota resor di wilayah Oromia, yang populer di kalangan wisatawan karena danau vulkaniknya, terguncang setelah insiden tersebut yang menyalahkan kepolisian ketika menembakkan gas air mata ke arah puluhan ribu demonstran antipemerintah.

AFP melaporkan, sepatu-sepatu dan pakaian terlihat berserakan di lokasi insiden tersebut, dan sekelompok kecil warga yang marah melakukan penggalian untuk menemukan jasad di dalam selokan yang menewaskan banyak pengunjung festival yang melarikan diri.

"Kami melakukan penggalian karena orang-orang terkubur di dalam selokan tersebut. Lima puluh dua orang yang tewas itu bohong," kata salah satu penggali, Dagafa Dame, mengacu kepada jumlah yang dirilis oleh pemerintah daerah pada Minggu malam.

Anggota kelompok tersebut mengatakan kepada AFP bahwa mereka telah menemukan tiga jenazah pada Senin, namun tidak jelas mengapa jumlah korban yang tewas berbeda-beda.

Perdana Menteri Etiopia, Hailemariam Desalegn, menyalahkan para pendemo atas peristiwa ini. Ia mengatakan para demonstran melancarkan ‘kekerasan yang sudah direncanakan sebelumnya’ yang menyebabkan orang-orang jatuh ke jurang dan tewas.

Dia menyangkal laporan yang menyatakan bahwa satuan keamanan adalah pihak yang memulai tembakan.

Dalam pernyataannya di TV pemerintah, sebagaimana dilaporkan oleh BBC, ia memuji ‘usaha keras’ aparat keamanan untuk melindungi masyarakat umum dan menyalahkan ‘kekuatan jahat’ atas kematian orang-orang dan bersumpah untuk mengadili para pelaku.

BBC mengutip beberapa laporan yang mengatakan polisi bertindak setelah pendemo anti pemerintah melemparkan batu dan botol-botol, namun yang lain berkata bahwa demo berjalan damai.

Dalam beberapa bulan terakhir, terjadi sejumlah bentrokan maut di Etiopia. Orang-orang di Oromia dan Amhara mengeluh bahwa mereka disingkirkan secara politik dan ekonomi.

Amerika Serikat mengungkapkan kekuatiran mereka terkait apa yang disebut dengan penggunaan kekuatan berlebih terhadap para pendemo.

Orang-orang yang hadir pada perayaan itu, menurut kantor berita AP mencapai dua juta orang, berteriak "Kami perlu kebebasan" dan "Kami perlu keadilan," kata para saksi.

Sejumlah pengunjuk rasa menyilangkan pergelangan tangan mereka di atas kepala mereka, simbol gerakan protes Oromo.

Kerusuhan tersebut dipicu oleh rencana memindahkan ibukota ke Oromia pada November lalu. Ini menimbulkan ketakutan bahwa petani dari kelompok etnis Oromo, yang terbesar di Etiopia, akan tergusur.

Rencana tersebut akhirnya dibatalkan namun aksi protes masih berjalan, mengangkat isu-isu seperti marjinalisasi dan hak asasi manusia.

 

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home