Loading...
INDONESIA
Penulis: Kris Hidayat 16:30 WIB | Kamis, 10 April 2014

Agama dan Masyarakat: Dilema Parpol Islam, Ideologis atau Kompromis

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar saat menghadiri baiat calon anggota legislatif DPR RI dari PKB. (Foto: Elvis Sendouw)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - "Partai islam hari ini lebih banyak ketimbang pemilu tahun 1955. Ini yang membuat suara untuk partai Islam juga terbagi. Suara partai Islam pada pemilu saat ini sebenarnya bukan berkurang, tapi hanya terbagi ke beberapa partai," sebut Aunur Rofiq, Ketua DPP PPP dalam perbincangan Agama dan Masyarakat KBR68H, Rabu (9/4).

Sejarah menunjukkan, hasil perolehan suara partai Islam pernah menduduki posisi lebih atas ketimbang saat ini. Pada pemilu 1955, Partai Masyumi menduduki peringkat kedua dengan 20% suara. Pada pemilu Juni 1999, partai Islam PPP masih bisa menduduki podium peringkat ketiga dengan 12,5% suara. Namun, pada pemilu 2009, partai Islam PKS hanya menduduki peringkat keempat dengan 7,8% suara.

Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Fachry Ali mengatakan perolehan suara partai Islam saat ini terus merosot akibat kinerja partai yang tidak bagus.

"Ada kelas menengah yang taraf pendidikannya meningkat. Mereka mulai kritis dan mulai mengalihkan suaranya. Suara untuk parpol Islam akhirnya berkurang karena mereka sekarang lebih memilih partai yang sekuler atau nasionalis, misalnya PDIP dan Golkar," ujar Fachry Ali.

Penyebab lain kemerosotan partai Islam karena tidak solid. Seperti yang terjadi pada Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

"Kita melihat, misalnya PKS. Ada faksi yang idealis, seperti Hidayat Nurwahid. Tapi juga ada faksi lain ini. Ini yang suka menyerang terus KPK, ya modelnya seperti Fahri Hamzah. Ini mungkin yang membuat masyarakat kehilangan simpati dan berefek ke penurunan perolehan suara partai," lanjut dia.

Ketua DPP PPP, Aunur Rifiq membenarkan adanya masalah-masalah tersebut dan menimpa parpol Islam, termasuk PPP. Namun kata dia, hal tersebut harusnya membuat parpol islam berbenah dan membuat program nyata yang menyentuh masyarakat langsung. Hal ini yang bisa menyelamatkan masa depan partai Islam di pemilu-pemilu mendatang.

Aunur mengklaim, PPP sendiri sejauh ini telah memulai program pro rakyat itu. Misalnya upaya mensejahterakan petani yang sebenarnya menjadi tulang punggung bangsa Indonesia yang berlatar belakang agraris.

"PPP melalui anggota DPR dan unsur lain di pemerintah sudah berusaha untuk meningkatkan hidup para petani. Kita harus membeli mahal beras-beras mereka agar mereka juga mendapatkan penghasilan yang layak. Program apresiasi sektor pertanian ini ingin kita kembangkan terus," kata Aunur.

Selain kinerja, pengamat politik Fachry Ali juga melihat adanya dilema yang menjerat parpol Islam, yaitu terkait ideologi partai. Masyarakat kini terus berkembang dan partai Islam harus melihat fenomena ini dan menyesuaikan diri dengan bentuk modernisasi demokrasi yang sedang berjalan. Harus ada kompromi tertentu pada ideologi agama yang mereka usung jika tidak ingin ditinggalkan pemilih. Namun di sisi lain, jika kompromi dilakukan, maka pendukung partai di akar rumput pasti ada yang kecewa.

"Ini dilema bagi PPP saat ini. Dilema PPP, yaitu jika melakukan teknokrasi apakah itu akan dipahami akar rumput yang kental basis agamanya. Pendukung tradisional di akar rumput ini mungkin bisa kecewa kalau ideologi agama Islam dikompromikan. Tapi di sisi lain kalau teknokrasi atau penyesuaian tidak dilakukan, ini juga bisa berefek ditinggalkan pemilih terutama kelas menengah yang mulai kritis," kata Aunur.

Fachry mencontohkan PAN yang perolehan suaranya meningkat berdasarkan hitung cepat sementara pemilu legislatif. Dia menilai PAN yang pada dasarnya adalah partai Islam, namun tetap melakukan penyesuaian.

"Partai Islam yang bisa dibilang progresif dan melakukan penyesuaian saya kira PAN. Ini bisa jadi yang membuat perolehan suara PAN meningkat, kalau kita lihat quick count sementara pileg ini," ujar Fachry.

Di tambah faktor kinerja ketua umumnya, Hatta Rajasa yang juga menjabat Menko Perekonomian. Hatta dinilai berhasil melakukan nasionalisasi ekonomi sehingga turut mendongkrak perolehan suara PAN.

Sementara itu, Ketua DPP PPP mengakui penyesuaian memang perlu dilakukan.

"Kita juga sedang menyusun strategi bagaimana agar PPP bisa menyesuaikan dengan kondisi dan kemauan masyarakat saat ini tanpa harus meninggalkan ideologi Islam kita. Partai lain tentunya pasti juga memikirkan hal yang sama. Ini semua dilakukan untuk menjaga masa depan partai Islam agar tetap cerah," kata Fachry menutup perbincangan. (portalkbr.com)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home