Loading...
EKONOMI
Penulis: Eben Ezer Siadari 16:15 WIB | Kamis, 11 Juni 2015

Akankah Angela Merkel jadi Malaikat Penyelamat Yunani?

Kanselir Jerman, Angela Merkel (kiri) berjabat tangan dengan PM Yunani, Alexis Tsipras di Brussels (Foto: Reuters/Yves Herman)

BRUSSELS, SATUHARAPAN.COM – Bursa saham dunia melonjak pada Rabu (10/6), setelah munculnya laporan yang menyatakan adanya proposal Jerman yang memungkinkan Yunani untuk menerima kucuran pinjaman sebagai imbalan atas program reformasi yang sampai saat ini masih berjalan tersendat.

Adanya proposal tersebut ditanggapi sebagai pelunakan sikap Jerman terhadap Atena  dan investor menyambutnya dengan positif yang membuka upaya penyelamatan yang berkelanjutan bagi negara yang dilanda utang itu, setelah lebih dari empat bulan terjadi perselisihan antara Yunani dengan kreditornya.

Menurut laporan itu, sebagaimana dilaporkan oleh The Guardian, kanselir Jerman, Angela Merkel, bersedia menerima program reformasi yang lebih ramping menjadi hanya meliputi satu atau dua area dari paket reformasi yang diusulkan awal, untuk menyelamatkan kesepakatan dengan Yunani dan mencegahnya keluar zona euro.

Yunani, Jerman dan Prancis setuju untuk mengintensifkan pembicaraan dengan Yunani- ketika para pemimpin Eropa tersebut akan bertemu di Brussels.

Komisi Eropa, Dana Moneter Internasional dan Bank Sentral Eropa, yang telah meminjamkan Yunani 240 miliar euro, sampai saat ini terus menuntut reformasi sebagai syarat bagi dana talangan tahap akhir untuk Yunani senilai 7,6 miliar euro.

Kantor berita Bloomberg mengatakan telah berbicara dengan setidaknya dua pejabat Jerman yang dekat dengan pembicaraan dana talangan yang menggambarkan adanya kesepakatan kompromi sebagai cara yang mungkin untuk mengakhiri kebuntuan antara pemerintah sayap kiri Yunani dengan para kreditur.

Namun, laporan ini dibantah oleh pejabat Jerman meskipun sinyal positif kemudian muncul oleh pernyataan bahwa Merkel dan Presiden Prancis, Francois Hollande, bersedia bertemu dengan PM Yunani Alexis Tsipras pada pertemuan di Brussels.

Merkel Jadi Penyelamat?

Sebelumnya media di Jerman memberitakan adanya perbedaan pandangan yang tajam antara Merkel dengan Menteri Keuangan Jerman, Wolfgang Schauble.  Merkel dikabarkan memilih bersikap lebih lunak dan memberikan kompromi kepada Yunani agar tidak keluar dari zona euro. Sementara Menkeu Jerman bersikeras bahwa Yunani harus tunduk pada reformasi yang dipersyaratkan bila ingin mendapatkan dana talangan.

Belum dapat dipastikan apakah Merkel akan tetap pada sikapnya. Namun, PM Yunani, Alexis Tsipras, pada hari Kamis (11/06), mengatakan Yunani serta Jerman dan Prancis sepakat bahwa perundingan dana talangan tahap akhir harus mencapai “solusi yang layak” saat sejumlah negosiasi dilangsungkan tanpa mencapai sebuah kesepakatan.

“Para pemimpin Eropa menyadari bahwa kami harus menawarkan solusi yang layak dan kesempatan bagi Yunani untuk memulihkan pertumbuhan,” kata Tsipras setelah berunding dengan Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Francois Hollande di sela-sela KTT Uni Eropa-Amerika Latin di Brussel, sebagaimana dikutip oleh AFP.

Solusi tersebut “harus mengarah pada utang yang berkelanjutan, dan perspektif yang akan memberikan keamanan dan stabilitas tidak hanya bagi Yunani, tetapi juga bagi Eropa,” tambahnya.

“Mereka sepakat bahwa diskusi antara pemerintah Yunani dan beberapa lembagai harus diintensifkan,” kata seorang juru bicara Jerman dalam sebuah pernyataan singkat.

Perundingan antara Yunani dengan kreditur untuk kesekian kalinya gagal. Kemarin secara resmi Komisi Eropa memberitahu Yunani bahwa proposal reformasi yang mereka ajukan tidak dapat diterima.

“Saya menghubungi sejumlah perwakilan dari pemerintah Yunani kemarin sore untuk memberi tahu mereka atas nama Komisi bahwa kami masih tidak setuju dengan target anggaran yang diusulkan,” kata Komisioner Urusan Ekonomi Uni Eropa, Pierre Moscovicikata Moscovici.

Penyebab ditolaknya proposal itu masih tetap sama, yaitu beberapa target anggaran untuk 2015 yang telah menjadi batu sandungan utama dalam perundingan sengit antara Athena dan tiga kreditornya, Uni Eropa, Bank Sentral Eropa (ECB) dan Dana Moneter Internasional (IMF).

Kendati demikian, Moscovici mengatakan dirinya meyakini “lebih dari sebelumnya” bahwa sebuah kesepakatan utang dapat dicapai antara Yunani dan kreditornya, meski perundingan yang telah berlangsung selama lima bulan menemui jalan buntu.

“Saya meyakini lebih dari sebelumnya bahwa sebuah kesepakatan dapat dicapai jika kemauan politik dimiliki oleh semua pihak,” kata Moscovici kepada AFP, seraya menambahkan bahwa “beberapa hari ke depan akan menjadi waktu yang menentukan bagi Yunani.”

Yunani dan Komisi Eropa sudah saling menyerang satu sama lain selama beberapa hari terakhir, dengan eksekutif Uni Eropa secara tegas menolak rencana reformasi terbaru yang diajukan oleh Athena.

Kreditor Yunani menuntut surplus anggaran satu persen dari PDB untuk tahun 2015, yang ditolak pemerintah Yunani atas dasar bahwa hal tersebut hanya dapat dicapai melalui penghematan lebih besar.

“Diskusi teknis harus dilanjutkan,” kata Moscovici.

Presiden Prancis Francois Hollande, pada hari Rabu (10/06), menyerukan kepada pemerintah Yunani dan kreditor Uni Eropa dan IMF untuk bergerak cepat guna mencapai kesepakatan menyalurkan dana talangan (bailout) pada akhir bulan ini.

“Kami ingin menyampaikan sebuah pesan: kita harus bergerak cepat, kita tidak boleh mengalah, kita tidak boleh mencari solusi yang merugikan Yunani, Uni Eropa dan zona euro,” ujar Hollande saat menghadiri KTT Uni Eropa-Amerika Latin yang juga dihadiri Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras.

“Mari kita bergerak cepat dan mencapai kesepakatan,” tegasnya, dikutip dari AFP.

Peringkat Utang Yunani Memburuk

Sementara itu Standard & Poor`s memangkas peringkat "deep-junk" (sampah) untuk obligasi Yunani satu tingkat menjadi "CCC" pada Rabu, setelah negara yang kekurangan uang itu menunda pembayaran utang kepada Dana Moneter Internasional (IMF) minggu lalu.

Penundaan "tampak menunjukkan bahwa pemerintah Yunani memprioritaskan pengeluaran pensiun dan domestik lainnya di atas kewajiban utang yang dijadwalkan," kata S&P.

Tanpa perubahan yang akan melihat perekonomian mulai tumbuh, dan tanpa reformasi mendalam di sektor publik, S&P mengatakan, "utang Yunani tidak berkelanjutan."

S&P mengatakan pandangannya bahwa dengan tidak adanya kesepakatan baru dengan para kreditor resmi untuk melepaskan 7,2 miliar euro (8,2 miliar dolar AS) dalam pendanaan dana talangan (bailout), "Pemerintah Yunani mungkin akan gagal bayar (default) pada utang komersialnya dalam 12 bulan berikutnya."

Karena negara masih berselisih dengan Komisi Eropa, Bank Sentral Eropa dan IMF atas persyaratan untuk memperoleh pendanaan dana talangan lebih besar, S&P menggambarkan situasi di mana pemerintah bisa mengontrol lembaga modal untuk memblokir arus keluar deposito lebih lanjut dari bank-bang yang didukung ECB.

Lembaga pemeringkat juga mengatakan pemerintah bisa mengambil jalan mengeluarkan mata uang yang terpisah sejajar dengan euro untuk membayar tagihan domestik.

"Pelemahan yang mendasari posisi fiskal menimbulkan pertanyaan tentang realisme dari perjanjian dengan para kreditor Yunani pada target fiskal, karena proyeksi untuk penerimaan pajak dan PDB riil dan nominal tampak spekulatif," kata S&P.

"Sekalipun jika kesepakatan dengan kreditor resmi dicapai selama dua minggu berikutnya, kita tidak berharap bahwa kesepakatan tersebut akan mencakup persyaratan utang Yunani di atas September."


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home