Loading...
SAINS
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 13:35 WIB | Minggu, 30 Maret 2014

Ancaman Ebola Senegal Tutup Perbatasan dengan Guinea

Rumah sakit Donka di ibu kota Guinea, Conakry, di mana korban Ebola sedang dirawat. (Foto: Reuters.com)

GUINEA, SATUHARAPAN.COM - Negara-negara di wilayah Afrika barat sedang berupaya menghalangi penyebaran epidemi Ebola yang mematikan dari Guinea. Satu negara tetangga Guinea telah menutup perbatasannya dan dua negara lainnya telah melaporkan kasus tersebut sebagai "ancaman serius" di wilayahnya.

Senegal pada Sabtu (29/3) mengatakan pintu penyeberangan perbatasan ke Guinea akan ditutup "sampai pemberitahuan lebih lanjut", sementara Liberia dan Sierra Leone telah melaporkan munculnya penderita Ebola.

Guinea mengatakan pada hari Sabtu bahwa jumlah kasus dugaan Ebola mencapai 111, dengan 70 kematian. Sebagian besar kasus berada di kawasan hutan bagian selatan tetapi delapan kasus telah dikonfirmasi terdapat di ibu kota, Conakry, dengan satu kematian.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organisation/WHO) mengatakan bahwa Liberia telah melaporkan bahwa enam dari delapan kasus dugaan demam Ebola telah mengakibatkan kematian, sedangkan Sierra Leone telah melaporkan munculnya enam kasus yang diduga Ebola.

Semua kasus terbaru yang dilaporkan adalah setelah penderita bepergian ke Guinea, kata WHO.

Bantuan

Uni Eropa berjanji menyalurkan bantuan sebesar 690.000 dolar AS untuk melawan wabah Ebola setelah mendapat permohonan dari Masyarakat Ekonomi Negara Afrika Barat, yang menggambarkan wabah sebagai "ancaman serius ke wilayah tersebut".

Belum ada teknis pengobatan atau vaksin yang tersedia untuk Ebola, penyakit yang sangat menular dan mematikan yang dapat menimbulkan pendarahan yang tidak terkendali. Pertama kali virus Zaire Strain terdeteksi di Guinea tercatat 38 tahun yang lalu di wilayah yang sekarang bernama Republik Demokratik Kongo. Ebola memiliki tingkat kematian 90 persen.

Virus ini dapat ditularkan ke manusia dari hewan liar, dan antar manusia melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh atau penanganan mayat terkontaminasi yang tidak dilindungi.

Doctors Without Borders sebuah lembaga swadaya dunia bidang kesehatan mengatakan bahwa penyebaran penyakit itu semakin meluas oleh orang-orang yang bepergian ke pemakaman di mana pelayat menyentuh mayat-mayat. (aljazeera.com)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home