Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 05:36 WIB | Sabtu, 09 April 2016

Apakah Engkau Mengasihi Aku?

Yesus mempersoalkan makna terdalam sebuah hubungan: kasih.
Yesus dan Petrus (foto: www.erzdioezese-wien.at)

Petrus terpana. Yesus menyapanya di pantai Danau Tiberias. Yohanes mencatat, ini kali ketiga bagi Yesus memperlihatkan diri kepada para murid-Nya (Yoh. 21:1-19). Kehadiran-Nya kali ini terasa lain bagi Petrus. Apalagi ketika Sang Guru bertanya, ”Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka ini?” (Yoh. 21:15).

Pertanyaan-Nya menukik tajam, tepat sasaran, tanpa tedeng aling-aling. Tiada basa-basi. Yesus mempersoalkan makna terdalam sebuah hubungan: kasih.

Namun begitu, jawaban Sang Murid sungguh radikal: ”Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.” Petrus merasa tak cukup hanya menjawab: ”Benar Tuhan.” Tidak. Petrus mendasarkan jawaban pada kemahatahuan Yesus.

Dasar jawaban Petrus tidak terletak pada keakuan diri, tetapi pada diri Yesus sendiri. Dasar jawaban Petrus tidak terletak pada kemauan, bukan pula pada kemampuan diri, melainkan pada ketuhanan Yesus. 

Bahkan, ketika Yesus merasa perlu mempertanyakan kasihnya hingga tiga kali, Petrus tetap pada jawabannya, sekali lagi berdasarkan kemahatahuan Yesus: ”Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.”

Menurut Henri J. M. Nouwen, dalam bukunya Dalam Nama Yesus, Permenungan Tentang Kepemimpinan Kristiani, pemimpin Gereja tak cukup hanya bermoral tinggi, terlatih, siap membantu sesama dan mampu menanggapi masalah-masalah hangat pada zamannya secara kreatif.

Di atas semuanya itu, pemimpin kristiani adalah orang yang sungguh-sungguh mengasihi Allah. Dengan kata lain, lanjut Nouwen, pemimpin kristiani adalah orang yang benar-benar mau tinggal di hadirat Allah dan bersekutu dengan-Nya. Sehingga, visi Allahlah, dan bukan visinya pribadi, yang menjadi dasar dan arah kepemimpinannya.

Atas semua jawaban Petrus, Yesus memberi mandat: ”Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Singkat, namun bermakna. Bagi Petrus, mandat itu berarti pemulihan. Dia pernah memutus hubungan, kini Yesus menyambungnya kembali.

Mandat itu cuma dua kata, namun melegakan hati. Mandat itu berarti kepercayaan. Meski pernah disangkal, Yesus tetap memercayainya, bahkan mengangkatnya sebagai pemimpin umat. Bagi Petrus mandat itu berarti karya yang harus dilakukan tanpa syarat.

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home