Artikel Al-Qaeda Hilang di NY Times Edisi Pakistan
ISLAMABAD, SATUHARAPAN.COM – Sebuah artikel tentang hubungan Pakistan dengan Al-Qaeda, dan pengetahuan negara tentang tempat persembunyian terakhir Osama bin Laden di perbatasan, disensor dari halaman depan sekitar 9.000 salinan Internasional New York Times di Pakistan edisi Sabtu (22/3). Artikel tersebut dihapus oleh koran lokal yang memiliki kemitraan untuk mendistribusikan NYTimes.
Gambar halaman depan NY Times—dengan ruang kosong besar tempat artikel itu muncul di edisi lain—dengan cepat menyebar di media sosial pada Sabtu. Juru bicara The New York Times, Eileen Murphy, mengatakan bahwa keputusan oleh mitra koran lokal, Express Tribune, telah dibuat “tanpa sepengetahuan atau persetujuan kami.”
Express Tribune baru-baru ini menjadi target serangan kelompok ekstremis, kata Murphy. “Meskipun kami memahami bahwa mitra penerbitan kami kadang-kadang dihadapkan dengan tekanan lokal,” katanya, “kami mohon maaf atas sensor jurnalisme kami.”
Kejadian ini bukan pertama kalinya. Bulan ini, bagian dari sebuah artikel tentang pelacuran dan bisnis seks lainnya di Tiongkok, dikosongkan dalam edisi Pakistan The International New York Times.
Pada Januari, percetakan Malaysia membuang wajah babi, juga dalam The International New York Times. BBC melaporkan bahwa perusahaan itu beralasan bahwa mereka melakukannya karena Malaysia adalah “sebuah negara Muslim.”
Artikel dalam edisi Sabtu, oleh Carlotta Gall, mengeksplorasi hubungan yang kompleks antara pemerintah Pakistan dan ekstremisme Islam militan—agen mata-mata yang kuat, Inter-Services Intelligence, telah lama dituduh mendukung kaum ekstremis dengan tujuan memajukan kepentingan strategisnya sendiri. Artikel, di The New York Times dalam edisi AS, mengutip buku karya Carlotta Gall, The Wrong Enemy: America in Afghanistan, 2001-2014 yang akan dipublikasikan bulan depan oleh penerbit Houghton Mifflin Harcourt.
Pada Mei tahun lalu, kepala biro Islamabad The New York Times, Declan Walsh, diperintahkan untuk meninggalkan negara itu pada malam pemilihan umum nasional. Visanya belum kembali, meskipun perdana menteri negara itu, Nawaz Sharif, berjanji pekan lalu untuk meninjau kembali kasus itu lagi.
Pakistan tetap menjadi tempat yang berbahaya bagi wartawan, dengan setidaknya 46 tewas di sana dalam dekade terakhir, menurut Committee to Protect Journalists, sebuah kelompok advokasi.
Dalam artikelnya, Carlotta Gall menceritakan bahwa dirinya sangat diintimidasi ketika dia melakukan reportase tentang jaringan ekstremis Islam, dan wartawan Pakistan telah dipukuli atau dibunuh dalam serangan yang beberapa klaim telah melibatkan pihak keamanan nasional atau intelijen Pakistan. (nytimes.com)
Sri Mulyani Klarifikasi Alasannya Kerap Bungkam dari Wartawa...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memberikan penjelasan ter...