Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 09:32 WIB | Selasa, 14 Oktober 2014

AS Desak Seluruh Rumah Sakit Kaji Ulang Ebola

Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika (CDC) Thomas Frieden. (Foto: AP)

ATLANTA GEORGIA, SATUHARAPAN.COM  - Berbicara di Atlanta, Georgia, Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika (CDC) Thomas Frieden mendesak seluruh rumah sakit untuk memperhatikan dengan seksama pasien-pasien dalam 21 hari terakhir, setelah bepergian ke tiga negara Afrika Barat yang paling parah terkena ebola yaitu Liberia, Sierra Leone dan Guinea dan menunjukkan gejala demam atau gejala ebola lainnya.

Frieden juga mengatakan,  pihak berwenang sedang menyelidiki bagaimana seorang perawat di RS Health Presbyterian Dallas Texas menjadi orang pertama yang tertular penyakit itu di Amerika.

Frieden menambahkan belum mengetahui “pelanggaran aturan” apa yang dilakukan, sehingga memicu terjadinya penularan atas perawat yang sebelumnya merawat Thomas Eric Duncan warga Liberia yang menjadi orang pertama yang meninggal akibat ebola di Amerika.

Beberapa anggota keluarga mengatakan perawat itu adalah, Nina Pham yang berusia 26 tahun.

Di Gedung Putih, Presiden Amerika Barack Obama hari Senin (13/10), menyelenggarakan pertemuan dengan anggota kabinetnya untuk memperbaiki kesiapan sistem kesehatan Amerika. Ia menyerukan diambilnya langkah segera untuk memastikan supaya sistem kesehatan Amerika siap mengikuti aturan yang semestinya untuk merawat pasien ebola.

Presiden Obama telah bicara dengan Menteri Urusan Kesehatan dan Layanan Umum, Sylvia Burwell hari minggu (12/10), tentang kasus penularan pertama di Amerika itu.

Vaksin Ebola Mulai Diuji ke Manusia

Sementara itu , “ Sebuah vaksin percobaan untuk ebola yang dikembangkan di Kanada akan diuji ke manusia, dengan harapan bisa digunakan untuk memerangi wabah Ebola di Afrika Barat, “ kata Menteri Kesehatan Kanada Rona Ambrose pada Senin (13/10).

Dalam fase pertama uji coba klinis, vaksinnya akan diberikan kepada 20 sukarelawan di Walter Reed Army Institute of Research di Amerika Serikat untuk menguji dosis, keefektifan dan efek samping.

Hasil awal dari VSV-EBOV itu, dikembangkan oleh peneliti di National Microbiology Laboratory di Winnipeg, akan tersedia pada Desember, kata Ambrose dalam sebuah konferensi pers di Calgary.

Ambrose mengatakan dia berharap, riset lebih maju dalam vaksin percobaan ini akan mampu mengatasi krisis global ini.

Pada Agustus, Kanada memberikan hampir 1.000 dosis vaksin tersebut kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), namun vaksinnya tetap disimpan di Winnipeg, dan WHO belum memutuskan apakah akan menggunakannya.

Ambrose mengatakan pada Senin (13/10), bahwa uji coba klinisnya ,merupakan langkah penting sebagai pertimbangan etis dalam menyediakan vaksin percobaan untuk membantu mengendalikan wabahnya.

Sampai saat ini, wabah ebola menewaskan lebih dari 4.000 orang tahun ini dari 7.300 orang yang tertular, sebagian besar di negara-negara Afrika Barat seperti Guinea, Liberia and Sierra Leone. (Voa Indonesia/AFP/Ant)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home