Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 10:55 WIB | Kamis, 30 Januari 2020

AS Serukan Lebih Banyak Pakar Medis Diberi Izin Masuk ke China

Zhong Nanshan, kepala komisi kesehatan China yang menyelidiki perebakan virus corona, tampak mengunjungi rumah sakit Jinyintan di Kota Wuhan, tempat banyak pasien dirawat karena terpapar virus ini.(Foto: voaindonesia.com)

CHINA, SATUHARAPAN.COM – Virus corona yang bermula di Wuhan, China, bulan lalu, telah merebak ke lebih dari 18 negara yang kini sibuk mengambil langkah-langkah guna menghentikan penyebarannya lebih lanjut. Pemerintah China tidak sepenuhnya transparan ketika terjadi krisis publik, karena sistem pemerintahannya yang otoriter menguasai jaringan komunikasi di negara itu.

Ketika bertemu dengan direktur WHO hari Selasa (28/1), Presiden China Xi Jin-ping mengatakan, negaranya siap bekerja sama dengan WHO dan masyarakat internasional.

Pernyataan ini keluar, setelah Amerika menyerukan pada China supaya mengizinkan lebih banyak pakar kesehatan publik masuk ke China, untuk membantu menghentikan perebakan penyakit yang mematikan itu.

Penderita pertama penyakit yang disebabkan virus corona ini dilaporkan akhir bulan Desember di China. Pemerintah China membutuhkan waktu beberapa minggu untuk mengumpulkan data tentang bagaimana virus itu merebak dan siapa saja yang paling rentan terpapar.

Pada 17 tahun yang lalu, China juga berjuang keras untuk meredam virus yang mengakibatkan penyakit saluran pernapasan yang disebut SARS, dan dikecam kuat karena tidak mengeluarkan informasi penting tentang penyakit itu.

Tapi kini banyak negara termasuk WHO mengatakan, China telah memperbaiki cara kerjanya, seperti mengumumkan urutan susunan virus itu, sehingga bisa diadakan pengetesan yang cepat.

Stephen Morrison, pakar kesehatan global pada Pusat Kajian Strategi Internasional (CSIS) mengatakan, “Ada beberapa aspek yang menunjukkan perbaikan dramatis dalam bidang transparansi dan profesionalisme, tapi juga ada hal-hal yang belum diperbaiki dan telah mengakibatkan banyaknya kerugian yang diderita. Ketika penderita pertama muncul di Wuhan, di Provinsi Hubei bulan Desember lalu, ada keterlambatan dua minggu sebelum Pemerintah China melaporkannya.”

Tapi karena kurangnya laporan media independen di China, itu berarti sampai kini pun belum diketahui bagaimana keadaan yang sesungguhnya di China.

Yanzhong Huang dari Council on Foreign Relations mengatakan, “Kita mungkin mengetahui bahwa ada sekitar 15 pekerja kesehatan yang terpapar virus itu. Ini sangat penting, karena menunjukkan betapa serius dan berbahayanya virus itu, karena pekerja kesehatan biasanya tidak semudah itu terkena penyakit. Tapi hal itu baru dilaporkan setelah tanggal 20 Januari.”

Hari Selasa (29/1) kemarin, Menteri Kesehatan Amerika Alex Azar secara terbuka mendesak China supaya mengizinkan lebih banyak pakar kesehatan umum masuk ke negara itu untuk memberikan bantuan.

“Dengan mengizinkan pakar-pakar organisasi kesehatan sedunia WHO, dan Pusat Pencegahan Penyakit atau CDC, masuk ke China untuk membantu pakar-pakar setempat, makin besar kemungkinan kita bisa membuat vaksin dan mengusahakan pengobatan yang lebih terarah, selain bekerja sama dalam memahami cara kerja virus corona itu,” kata Azar.

Pusat Pencegahan Penyakit di Amerika, menasihatkan semua orang supaya jangan mengadakan perjalanan yang tidak perlu ke China, untuk mencegah perebakan penyakit yang lebih luas. (voaidonesia.com)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home