Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 12:24 WIB | Minggu, 07 Mei 2023

Banjir dan Tanah Longsor di Kongo, 203 Warga Tewas

Orang-orang melihat jalan rusak setelah hujan lebat menyebabkan banjir dan tanah longsor, di pinggiran Kinshasa, Republik Demokratik Kongo 14 Desember 2022. (Foto: Reuters)

KINSHASA, SATUHARAPAN.COM-Jumlah korban akibat banjir dan tanah longsor di bagian timur Republik Demokratik Kongo, telah meningkat menjadi 203 orang tewas karena lebih banyak mayat ditemukan, kata seorang pejabat administrasi, hari Sabtu (6/4).

Korban tewas sementara, yang diumumkan hari Jumat malam oleh gubernur provinsi, sedikitnya 176 tewas. “Di sini, di Bushushu, 203 mayat telah dikeluarkan dari puing-puing,” kata Thomas Bakenga, administrator wilayah Kalehe, tempat desa yang terkena dampak berada.

Tidak mungkin mengevaluasi sepenuhnya korban jiwa dan kerusakan material, katanya kepada media lokal.

Hujan deras di wilayah Kalehe di Provinsi Kivu Selatan pada hari Kamis menyebabkan sungai meluap, menyebabkan tanah longsor yang melanda desa Bushushu dan Nyamukubi.

Lereng bukit juga runtuh di Nyamukubi, tempat pasar mingguan diadakan pada hari Kamis, tambah Bakenga.

Secara keseluruhan, beberapa desa terendam, banyak rumah hanyut dan ladang hancur, ketika sungai di wilayah itu meluap karena hujan lebat.

Dokter Kongo dan pemenang Hadiah Nobel Perdamaian, Denis Mukwege, yang kliniknya terletak di Bukavu, ibu kota Kivu Selatan, mengatakan pada Sabtu bahwa dia telah mengirim tim ahli bedah, ahli anestesi dan teknisi ke daerah itu untuk "memberikan bantuan medis darurat kepada penduduk."

Bencana itu terjadi dua hari setelah banjir menewaskan sedikitnya 131 orang dan menghancurkan ribuan rumah di negara tetangga Rwanda.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, pada hari Sabtu (6/5) menyampaikan belasungkawa kepada para korban "bencana banjir" di Rwanda dan DR Kongo.

“Ini adalah ilustrasi lain dari percepatan perubahan iklim dan dampak buruknya terhadap negara-negara yang tidak melakukan apa pun untuk berkontribusi terhadap pemanasan global,” katanya saat berkunjung ke Burundi.

Para ahli mengatakan peristiwa cuaca ekstrem terjadi dengan frekuensi dan intensitas yang meningkat akibat perubahan iklim. (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home