Loading...
INSPIRASI
Penulis: Daniel Herry Iswanto 01:00 WIB | Kamis, 13 Agustus 2015

Belajar kepada Sabar Subadri

Tuhan menukar apa yang kurang dalam diri dengan karunia lain yang istimewa.
Foto: www.sabarsubadri.com

SATUHARAPAN.COM – 4 Agustus lalu Walikota Salatiga Yulianto meresmikan galer seni lukis milik Sabar Subadri, yang diberi nama Saung Kelir” di Klaseman.  Usai peresmian, Sabar Subadripelukis tanpa kedua tanganmengadakan demo lukis dengan menggunakan kaki, bersama keempat kawan uniknya”:  Muh. Amatulloh (pelukis kaki dari Gresik), Faizal Rusdi (pelukis mulut dari Jakarta), Muh Asrul (pelukis kaki dari Gianyar, Bali), dan Agus Yusuf (pelukis kaki dan mulut dari Madiun).  Mereka semua tergabung dalam AMFPA (Association of Mouth and Foot Painting Artists), sebuah perkumpulan seniman lukis mulut dan kaki, berpusat di Liechtenstein.   AMFPA memiliki 750 anggota dari seluruh dunia, dan sembilan di antaranya dari Indonesia.

Kisah Sabar adalah kisah memilukan. Ketika usia kandungan baru beberapa bulan, ibundanya mengalami sakit. Dokter memberi obat, tetapi janin kandungannya tak kuat bertahan, sehingga terjadi menstruasi.  Namun, kandungannya tetap berkembang. Sabar memahaminya bahwa darah menstruasi saat itulah kedua tangannya lahir duluan, meninggalkannya.

Pada masa sulit muncullah pahlawan. Colin McLenan (Selandia Baru) memperjuangkan program terapi fisik di RSUP Kariadi Semarang dan meyakinkan guru-guru TK menerimanya bersekolah.  Kemudian, Sujatmi, Kepala SDN Kalicacing 02, menerimanya bersekolah, setelah lima SD lainnya menolak dan menyarankan dididik di SLB. 

Kisah berikutnya cukup membanggakan. TK dan SD tempat Sabar bersekolah, selalu mengutusnya ikut lomba gambar Tingkat Kota, walau tidak juara, sebab baru memasuki tahap bersenang-senang memainkan warna. SMU Bahasa dan perkuliahan Sastra Inggris di STIBA Satya Wacana membekalinya dalam berolah pikir, berfilsafat, dan berhumaniora. Dia berkesempatan melakukan demo lukis, di depan Ibu Tien dan diterima Presiden Soeharto di Istana Negara.  Pelukis Amir Rachmad berhasil membentuknya menjadi pelukis kaki.

Kisahnya merupakan kisah pembelajaran. Berharap sesuatu yang mustahil hanya membuang-buang sumber daya pikir dan menyiksa perasaan.  Memulai hidup dengan sikap menerima dan memeluk mesra kenyataan sungguh logis. Tetap bahagia dengan apa yang ada.  Dan selalu bersyukur, sebab Tuhan telah menukar apa yang kurang dalam diri dengan karunia lain yang istimewa. 

Merdeka!

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home