Loading...
INSPIRASI
Penulis: Juppa Haloho 01:00 WIB | Jumat, 12 Agustus 2016

Berani Jujur Itu Baik!

Rubuhkan dinding kepalsuan diri!
Pinokio (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Minggu lalu saya berkendara bersama putri sulung kami yang berusia 3,5 tahun. Kami mengendarai sepeda motor. Dia duduk di depan, di bangku yang saya buatkan khusus untuk anak. Kami melewati pasar. Tak jauh dari pasar itu, Givi, putri kami, berkata, ”Pa, bau! Bau sampah!” sembari menutup hidungnya.

Waktu itu kami sedang melewati bak sampah yang diberi dinding bermotif bunga. Dugaan saya supaya terlihat indah di jalan raya. Dinding itu menutupi gundukan sampah, namun tak mampu menutupi bau amis dari gundukan itu sendiri.

Kalimat dan ekspresi Givi menyadarkan saya mengenai realitas kehidupan manusia: hidup dekat dengan kepalsuan, juga kepura-puraan. Kalimat dan ekspresinya menegaskan bahwa kepalsuan akan terungkap sebaik apa pun disembunyikan, kepura-puraan akan terbongkar serapi apa pun ditutupi.

”Tidak mudah untuk menjadi diri sendiri di hadapan orang lain,” kata seorang teman. Saya juga mengalaminya. Suatu saat kami mendiskusikan buku The Good and Beautiful Lifenya James Bryan Smith. Dalam bab ”Hidup Tanpa kebohongan” terdapat pertanyaan: ”Seberapa sering Anda berbohong? Apakah Anda menyadari bahwa Anda seorang pembohong?” Masalahnya memang sering kali di sini: Atribut rohani, ritual keagamaan, kata-kata rohani, pengetahuan agamawi, serta aktivitas rohani kadang menjadi dinding palsu para aktivis keagamaan.

Dinding palsu itu harus diruntuhkan. Jika tidak, dia akan semakin tebal dengan kepalsuan-kepalsuan. Hanya saja, seperti apa yang saya dan Givi alami, sejatinya diri akan terungkap setebal apa pun dinding itu. Memang menyakitkan meruntuhkan batu-batu kepalsuan itu. Namun, itu lebih baik daripada kehilangan kepercayaan orang lain karena mereka menemukan diri kita yang palsu.

Berani jujur itu baik!

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home