Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 16:33 WIB | Rabu, 14 Desember 2016

BI: Bukan Kejutan Kenaikan Suku Bunga AS

Ilustrasi. Petugas menyiapkan platform untuk acara Pelantikan Presiden Amerika Serikat terpilih Donal Trump di Gedung Capitol, Washington, DC, 8 Desember 2016. The Fed diperkirakan akan mengumumkan kenaikan suku bunga untuk pertama kalinya tahun ini setelah pertemuan pada Rabu waktu setempat. (Foto: Saul Loeb/AFP)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Juda Agung, menilai rencana kenaikan suku bunga Amerika Serikat (Fed Fund Rate) yang kemungkinan besar dilakukan pada tengah bulan Desember 2016 bukan merupakan suatu kejutan.

“Pasar sudah "price in" (menyesuaikan) dalam rencananya. Jadi bukan kejutan lagi Fed Fund Rate itu," kata Juda Agung saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, hari Rabu (14/12).

Bank sentral AS memulai pertemuan kebijakan moneter dua hari pada Selasa (13/12). The Fed diperkirakan akan mengumumkan kenaikan suku bunga untuk pertama kalinya tahun ini setelah pertemuan pada Rabu waktu setempat.

Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pertengahan November 2016 lalu memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) tetap sebesar 4,75 persen, dengan suku bunga Deposit Facility tetap sebesar empat persen dan Lending Facility tetap sebesar 5,5 persen.

Kebijakan tersebut sejalan dengan kehati-hatian Bank Indonesia dalam merespons meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global pasca pemilihan umum (Pemilu) di AS.

Di tengah ketidakpastian perekonomian global yang meningkat pasca-Pemilu AS, perekonomian AS menunjukkan perbaikan sebagaimana tercermin dari PDB yang membaik, tingkat pengangguran yang stabil dan inflasi yang cenderung meningkat.

Sejalan dengan perkembangan tersebut, peluang kenaikan Fed Fund Rate (FFR) pada bulan Desember 2016 pun semakin menguat.

Dari sisi eksternal, penguatan rupiah terkait dengan meredanya risiko global, sejalan dengan semakin jelasnya arah kebijakan The Fed terkait FFR. Namun sejak awal November lalu, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi akibat meningkatnya ketidakpastian perekonomian global pasca Pemilu AS.

Pada Desember ini, rupiah kembali menguat seiring dengan adanya arus modal masuk yang mencapai Rp 7 triliun.

“Memang Oktober "outflow" (modal keluar), tapi Desember kemarin ada inflow (modal masuk) sekitar Rp 7 triliun, makanya rupiah menguat,” kata Juda.

Berdasarkan kurs tengah BI, nilai tukar rupiah pada Rabu ini mencapai Rp 13.285 per dolar AS, menguat dibandingkan hari sebelumnya Rp 13.309 per dolar AS. (Ant)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home