BI Proyeksikan Ekonomi NTT 2017 Tumbuh 5,6 Persen
KUPANG, SATUHARAPAN.COM - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Nusa Tenggara Timur memproyeksikan pertumbuhan ekonomi daerah setempat pada 2017 diperkirakan pada level 5,2 - 5,6 Persen (yoy) atau masih lebih tinggi dibanding tahun 2016.
"Pertumbuhan ekonomi diperkirakan pada level 5,2 sampai 5,6 persen (yoy) atau masih lebih tinggi dibanding 2016," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Nusa Tenggara Timur Naek Tigor Sinaga di Kupang, hari Senin (2/1).
Ia menyebutkan faktor utama pendorong pertumbuhan diperkirakan masih berasal dari peningkatan konsumsi rumah tangga serta didukung oleh masih meningkatnya investasi di Provinsi NTT.
Dari sisi konsumsi, katanya perbaikan pendapatan petani terjadi sebagai dampak peningkatan produksi seiring perbaikan sarana irigasi dan perairan.
Peningkatan konsumsi juga terjadi seiring adanya peningkatan Upah Minimum Provinsi yang dapat mendorong peningkatan belanja masyarakat.
Sementara itu, kata dia peningkatan investasi diperkirakan masih terjadi seiring dengan realisasi proyek-proyek Pemerintah, di antaranya berupa infrastruktur SDA serta perbaikan konektivitas.
Peningkatan investasi juga ditopang oleh investasi swasta, terutama di bidang perkebunan dan pariwisata.
Relatif rendahnya inflasi di tahun 2016 serta adanya potensi kenaikan harga minyak dunia di tahun 2017 mengakibatkan meningkatnya perkiraan inflasi NTT pada kisaran 4,4 persen - 4,8 persen, meskipun masih dalam rentang target Bank Indonesia yaitu sebesar 4±1 persen.
Untuk itu, katanya diharapkan adanya peningkatan sinergitas dan koordinasi dalam ruang lingkup Tim Pengendalian Inflasi Daerah baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota demi menjaga laju inflasi tahun 2017 yang rendah dan stabil.
Sementara ekonomi NTT triwulan IV tumbuh antara 5,0 sampai 5,4 persen pada 2016 dibanding 2015.
Peningkatan pertumbuhan di triwulan IV dengan berbagai asumsi seperti di sektor pertanian diinformasikan dengan adanya musim lanina produk komunitas perkebunan dan panen padi akan bisa meningkat.
Ia mengatakan realisasi belanja pemerintah juga akan dipacu sehingga mendorong perekonomian.
"Belanja konsumsi juga pasti akan lebih baik lagi. Sejalan realisasi belanja pemerintah sektor konstruksi akan mendapatkan limpahan dan meningkat," katanya.
Terkait akhir tahun pola perdagangan akan meningkat seiring peningkatan konsumsi.
"Beberapa faktor diantaranya ada tambahan gaji ke-14, peningkatan dana desa sampai Rp 1,8 triliun, dorongan peningkatan UMP, pembangunan proyek-proyek pemerintah. Inilah hal yang mendorong perekonomian di NTT," katanya. (Ant)
Editor : Eben E. Siadari
Penasihat Senior Presiden Korsel Mengundurkan Diri Masal
SEOUL, SATUHARAPAN.COM - Para penasihat senior Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, termasuk kepala...