Loading...
SAINS
Penulis: Reporter Satuharapan 15:27 WIB | Rabu, 28 September 2016

BPBD Probolinggo Siagakan Posko Terpadu Gunung Bromo

Material debu vulkanik dan asap putih keabu-abuan yang keluar dari kawah Gunung Bromo terlihat dari Cemorolawang, Probolinggo, Jawa Timur, Selasa (27/9). Berdasarkan pengamatan dan analisa data kegempaan, visual dan potensi bahaya erupsi, Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi menetapkan status Gunung Bromo dinaikkan dari Waspada menjadi Siaga sejak Senin (26/9) pukul 06.00 WIB. (Foto: Antara)

PROBOLINGGO, SATUHARAPAN.COM - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo bersama sejumlah instansi terkait menyiagakan posko terpadu seiring dengan meningkatnya status Gunung Bromo dari waspada menjadi siaga.

"Kami sudah melakukan rapat koordinasi dengan sejumlah pihak atas kenaikan status Gunung Bromo, sehingga disepakati didirikan posko terpadu di Cemara Lawang atau berada di dekat pintu masuk kaldera lautan pasir Gunung Bromo," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Probolinggo Dwijoko Nurjayadi di Probolinggo, hari Rabu (28/9).

Menurutnya, posko terpadu tersebut melibatkan berbagai pihak yang berkompeten yakni pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), BPBD, TNI, Kepolisian, dan unsur Perlindungan Masyarakat (Linmas).

"Posko terpadu itu berfungsi untuk memantau perkembangan aktivitas Gunung Bromo, kemudian memberikan sosialisasi kepada pengunjung dan masyarakat agar tidak melewati radius aman 2,5 kilometer dari kawah aktif sesuai rekomenasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)," tuturnya.

Dalam rapat koordinasi, lanjut dia, juga disepakati pembatasan aktivitas di batas aman 2,5 kilometer di titik cemoro lawang, sehingga perlu dilakukan pemasangan rambu-rambu dan banner, agar masyarakat dan wisatawan mengetahui hal tersebut.

"Kami juga meminta petugas Pos Pengamatan Gunung Api Bromo Di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura memberikan informasi terkini atas perkembangan aktivitas vulkanis gunung yang memiliki ketinggian 2.329 meter dari permukaan laut," katanya.

Ia menjelaskan peningkatan status Gunung Bromo di Probolinggo tersebut berdampak pada sektor pertanian dan pariwisata, namun sejauh ini masih belum perlu dilakukan pengungsian karena jarak permukiman masih dalam radius aman yakni 3-4 kilometer.

"Wisatawan tetap bisa melihat keindahan Gunung Bromo di sejumlah titik yakni Seruni Point, Cemorolawang, Mentigen, Bukit Teletubbies, Penanjakan dan penyangga TNBTS (Madakaripura) dan lainnya," ujarnya menambahkan. 

PVMBG menaikkan status Gunung Bromo yang berada di perbatasan Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Malang, dan Lumajang dari waspada (Level II) menjadi siaga (Level III) terhitung sejak tanggal 26 September 2016 pukul 06.00 WIB.

Data di PVMBG, aktivitas rutin Gunung Bromo pada 28 September 2016 pukul 06.00-12.00 WIB tercatat secara visual terpantau cuaca cerah-mendung, angin tenang-sedang, suhu 11-20 derajat celcius, Gunung Bromo terlihat jelas-kabut.

Kemudian asap kawah teramati putih kelabu kecoklatan kemerahan tipis-tebal, tekanan lemah-sedang, tinggi asap berkisar 50-700 meter dari puncak kawah kearah barat-tenggara.

Secara seismik terekam gempa tremor dengan amplitudo maksimum 0,5-5 milimeter, namun dominan 1 milimeter, sehingga status Gunung Bromo masih siaga. Masyarakat atau wisatawan tidak diperbolehkan memasuki kawasan dalam radius 2,5 kilometer dari kawah aktif Gunung Bromo. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home