Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 14:06 WIB | Sabtu, 25 Januari 2014

Brahimi: Delegasi Perundingan Damai Suriah Siap Bertemu di Satu Ruang

Wakil Khusus PBB -Liga Arab untuk Suriah, Lakhdar Brahimi, memberi penjelasan pada wartawan tentang proses perundingan damai untuk Suriah, hari JUmat (24/1) di Jenewa Swiss. (Foto: un.org)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Delegasi pemerintah dan oposisi Suriah telah sepakat untuk bertemu untuk pertama kalinya di ruangan yang sama, hari Sabtu (25/1) ini. Demikian dikatakan Wakil Khusus Bersama PBB dan Liga Arab, Lakhdar Brahimi di Jenewa, Swiss, Jumat (24/1).

"Kedua pihak akan berada di sini besok (Sabtu) dan mereka akan bertemu," kata Lakhdar Brahimi kepada wartawan setelah bertemu dengan delegasi dari Pemerintah Suriah dan kemudian dengan oposisi Suriah, di Palais des Nations di ibu kota Swiss, Jenewa, Jumat (24/1).

"Kami akan bekerja pada hari Sabtu dan kami akan bekerja pada hari Minggu. Tak seorang pun akan meninggalkan (perundingan) pada hari Sabtu, dan tak seorang pun akan meninggalkan pada hari Minggu,"  kata dia menegaskan.

Dia mengungkapkan di ruang konferensi untuk wartawan bahwa "ambisi besar dari proses ini adalah untuk menyelamatkan Suriah, tidak kurang dari itu."

Memahami Proses

Lakhdar Brahimi mengatakan sesi pertama perundingan akan "memastikan bahwa kita memahami apa yang kita lakukan," dan fokus pada "isu-isu praktis yang mudah-mudahan akan membuat diskusi kemudian lebih mudah."

Brahimi mengatakan dia berharap untuk awal yang  baik dalam pembicaraan akan berlanjut sampai akhir pekan depan.

Tujuan dari konferensi ini adalah untuk mencapai solusi politik atas konflik sepanjang tiga tahun melalui perjanjian komprehensif antara kedua pihak untuk implementasi penuh dari komunike Jenewa yang diadopsi setelah pertemuan internasional pertama mengenai Suriah pada 30 Juni 2012. Komunike itu juga telah disahkan oleh Dewan Keamanan PBB.

Komunike tersebut menjabarkan langkah kunci dalam proses untuk mengakhiri kekerasan, antara lain menyerukan pembentukan sebuah badan transisi dengan kekuasaan eksekutif penuh dan dibuat oleh anggota pemerintah dan oposisi dan kelompok-kelompok lain. Hal itu sebagai bagian dari prinsip-prinsip dan pedoman untuk transisi politik Suriah yang disepakati.

"Ini sangat jelas bagi kedua belah pihak bahwa “daging” dari konferensi ini adalah bagaimana menerapkan komunike Jenewa," kata Brahimi.

Akses Bantuan

Akses bantuan kemanusiaan, bagian dari komunike itu, adalah salah satu prioritas dalam agenda. Wakil Sekretaris Jenderal untuk Urusan Kemanusiaan, Valerie Amos, yang merupakan salah satu pejabat yang mengambil bagian dalam sesi tingkat tinggi perundingan itu pada hari Rabu di Montreux. Dia menekankan pentingnya mengatur bantuan agar mengalir ke negara  itu, di mana lebih dari 130.000 orang telah mninggal dan hampir sembilan juta orang diusir dari rumah mereka dalam hampir tiga tahun.

"Banyak diskusi yang berlangsung sepanjang waktu. Valerie Amos tidak melakukan hal lain kecuali bahwa semuanya telah sedikit membaik, namun tidak pernah cukup," kata Brahimi.

Dia mengatakan kepada wartawan bahwa proses kemungkinan menjadi "sulit dan rumit." Dia menambahkan bahwa "dalam bisnis kami, kepastian merupakan komoditi yang sangat langka," tapi semua orang yang telah masuk di dalamnya akan  terbuka lebar matanya."

Tahu Yang Dipertaruhkan

"Saya pikir kedua pihak memahami apa yang dipertaruhkan," kata dia. "Saya berharap bahwa semua tiga pihak, pemerintah, oposisi dan PBB akan sampai untuk tugas itu," kata dia, dan menekankan bahwa tujuan untuk semua yang terlibat adalah untuk "menyelamatkan Suriah."

"Saya berharap juga bahwa orang-orang yang mendukung satu sisi atau sisi lain juga mengerti apa yang dipertaruhkan dan akan melakukan bagian mereka dalam mendukung proses ini. Jadi kita berharap adanya keberuntungan," kata Brahimi kepada wartawan. (un.org)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home