Loading...
FOTO
Penulis: Melki Pangaribuan 08:21 WIB | Rabu, 08 Januari 2014

Bukit Sampah dan Kehidupan TPST Bantar Gebang

Bukit Sampah dan Kehidupan TPST Bantar Gebang
Salah satu area aktivitas pekerja sampah, pada Selasa (7/1) di lokasi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Kota Bekasi, Jawa Barat. (Foto-foto: Melki Pangaribuan)
Bukit Sampah dan Kehidupan TPST Bantar Gebang
Antrian truk Dinas Kebersihan yang akan bongkar muatan sampah. Sampah berasal dari berbagai daerah di DKI Jakarta dan sekitarnya.
Bukit Sampah dan Kehidupan TPST Bantar Gebang
Tenda pekerja yang berlokasi di bukit sampah. Tampak pengkisan sampah yang tidak terurai di antara tumbuhan-tumbuhan hijau.
Bukit Sampah dan Kehidupan TPST Bantar Gebang
Seorang pencari nafkah berada di puncak bukit sampah. Tampak sejumlah karung sortiran sampah berada di sisi tengah bukit.
Bukit Sampah dan Kehidupan TPST Bantar Gebang
Salah satu lokasi pemukiman kumuh dilokasi TPST.
Bukit Sampah dan Kehidupan TPST Bantar Gebang
Dua orang anak bermain di sisi jalan IPAS III, yang masih berada satu lokasi di TPST Bantar Gebang.
Bukit Sampah dan Kehidupan TPST Bantar Gebang
Alat pengeruk tidak beroperasi di samping bukit sampah. Terlihat pemukiman kumuh lainnya berada di TPST.
Bukit Sampah dan Kehidupan TPST Bantar Gebang
Truk sampah keluar dari lokasi TPST Bantar Gebang. Terlihat papan petunjuk jalan ke arah kanan menuju lokasi TPST.

BEKASI, SATUHARAPAN.COM – Triliunan sampah membukit di lokasi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Kota Bekasi, Jawa Barat. Selain tumpukan sampah, ada banyak pekerja kebersihan, para pencari nafkah, dan keluarga yang hidup di lokasi TPST.

Ketika satuharapan.com menelusuri lokasi TPST, pada Selasa (7/1) pagi hingga sore, tampak puluhan pekerja kebersihan sedang berada di bukit sampah. Selain itu, tampak juga aktivitas pembokaran muatan truk sampah Dinas Kebersihan ke zona TPST. Di jalan yang berbeda, ada tempat pengelolaan sampah kompos dan daur ulang lainnya.

Permukiman Kumuh

Saat tiba di salah satu zona TPST, bau menyengat penuhi rongga dada. Masker yang digunakan tidak mampu menahan bau yang bearoma tajam. Bila dilukiskan, paru-paru seperti menghirup udara sejuk di puncak gunung, namun bedanya cuma jenis aroma bau sampah yang terhirup di sekitar lingkungan bukit sampah TPST. 

Usai memakiran motor, puluhan lalat pun menghinggapi sebagian organ tubuh. Pengalaman itu tidak luar biasa dibandingkan dengan mereka yang setiap hari bekerja, bertahan hidup, dan menghuni rumah tidak layak di TPST.

Selanjutnya, dalam penelusuran kami di lokasi TPST terlihat pekerja aktif memilah berbagai jenis sampah, mulai dari kantong plastik, botol bekas, kayu-kayu pepohonan, hingga karet ban kendaraan bermotor. Para pekerja kemudian memasukan sortiran sampah ke keranjang yang digendong dan karung yang telah dipersiapkan di atas bukit sampah.

Masih berlokasi di TPST, terdapat aktivitas perniagaan meskipun bau menyengat dan rawan penyakit mengintai hidup mereka. Sejumlah warung menjual makanan-minuman dan tidak diketahui makanan tersebut higenis atau tidak bagi konsumen.

Hari itu, reporter satuharapan.com tidak mendapatkan banyak keterangan dari para pekerja yang berada di TPST. Penduduk setempat tidak mudah terbuka terhadap pendatang. Sementara itu, peliputan kami terkendala oleh kondisi mual dan demam yang dialami reporter, selain itu kami belum mendapatkan akses penuh dari pihak pengelola TPST.

TPST Dikelola AJB

Hingga saat ini, delapan perusahaan yang menyatakan kesanggupan mengelola sampah TPST Bantar Gebang Bekasi. Mereka berada di bawah koordinasi Asosiasi Jakarta Bersih (AJB), yang dibentuk oleh Dinas Kebersihan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Unu Nurdin mengatakan beberapa waktu lalu, bahwa volume sampah Jakarta terus bertambah. Menurut data yang ada, timbunan sampah di DKI Jakarta rata-rata mencapai 6.500 ton per hari.

Dari angka di atas, hanya 88 persen saja yang dapat ditangani oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta. Untuk itu, pengelolaan sampah di Jakarta diakui Unu Nurdin, sudah semestinya melibatkan pihak swasta. 

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home