Loading...
RELIGI
Penulis: Aleksander Mangoting 12:05 WIB | Sabtu, 23 November 2013

Buku: Biografi Pendeta yang Menjuluki Dirinya Sendiri Kuda Binal

Buku: Biografi Pendeta yang Menjuluki Dirinya Sendiri Kuda Binal
Berani Berbuat, Berani Bertanggung Jawab. (Foto: Aleksander Mangoting)
Buku: Biografi Pendeta yang Menjuluki Dirinya Sendiri Kuda Binal

SATUHARAPAN.COM – Sungguh dalam perjalanan kehidupan, seseorang tidak ada yang dapat membayangkan cara Tuhan mau memakai seseorang di ladang-Nya. Misalnya, menjadi seorang Pendeta. Apalagi kalau kita bayangkan lima puluh tahun yang lalu. Kehidupan para pendeta yang melayani di berbagai tempat sungguh sangat memprihatinkan. Bahkan seorang anak pendeta sendiri sering trauma menjalani kehidupan sebagai anak seorang pendeta. Ini adalah sepenggal kisah dalam buku Berani Berbuat, Berani Bertanggung Jawab, biografi Iwan Kosasih.

Begitu juga pengalaman hidup Iwan Kristanto Kosasih, anak seorang pendeta yang sejak kecil tidak mau jadi pendeta, namun Tuhan memanggilnya menjadi pendeta dan ditahbiskan di GKI Klaten, Jawa Tengah. Kemudian pada 1993, dia pindah ke Perth Australia hingga memasuki masa emeritusnya pada 6 Juli 2013. Dipilihnya julukan diri Kuda Binal karena itulah judul khotbah sulungnya ketika ditahbiskan menjadi pendeta pada tanggal 12 September 1979 di GKI Klaten dan saat itu Pdt. Hadi Nugroho dalam khotbahnya berjudul “Kuda Putih”.

Dalam buku yang ditulis Eva Kristiaman, tebal 224 halaman, dengan model kepenulisan yang “khas” berupa potongan-potongan kesan baik dari anggota keluarga, teman sepelayanan, juga orang-orang yang pernah bersentuhan langsung, mereka mengungkapkan dengan apa adanya mengenai diri si kudal binal itu. Bahkan si kudal binal (Pdt. (Em) Iwan Kristanto Kosasih) menyampaikan secara terbuka sisi-sisi pengalaman hidupnya, membuat buku ini serasa “rumah kaca”, artinya hampir semua sisi dan isi rumah itu dapat dilihat dari luar. Dan buku ini, memberi gambaran secara terbuka, transparan, apa adanya tentang perjalanan kehidupan si kudal binal, sampai soal rahasia pribadi pun terungkap. Dan inilah gambaran keterbukaan seorang hamba Tuhan kepada segenap keluarga, sahabat, dan siapa pun yang membacanya bahwa kita harus “telanjang” di hadapan Tuhan, apa pun persoalan yang kita hadapi, datang berserah dalam pengampunan untuk Tuhan mau pakai sesuai kehendak-Nya.

Perjalanan kehidupan dari Pdt. (Em) Iwan Kristanto Kosasih, sejak kecil sampai pada masa emeritasinya tergambar jelas dalam buku ini seperti bagaimana ketika masih berumur lima tahun mengalami kecelakaan, bagaimana pertumbuhannya, kuliahnya, ketika menjalin cinta bahkan ketika “lupa batas”, mengundurkan diri sebagai calon pendeta, pernikahan, dipanggil kembali melayani, pengurapan, pelayanan di GKI Klaten, kemudian pindah melayani hingga Perth Australia. Juga ketika ketemu setan gondrong, mengusir setan, menghadapi berbagai pergumulan karena keluarga, membina keluarga hingga mengalami berbagai masa-masa sulit dalam pelayanannya. Namun semua itu dijalani dalam penyerahan diri kepada sang pemilik kehidupan ini. Semua itu terungkap dengan jelas dalam buku ini. Jadi semua perbuatan, tingkah laku dan apa pun yang dijalaninya dipertanggungjawabkan baik kepada sesama manusia maupun kepada Tuhan. Jadi berani berbuat, berani bertanggung jawab.

Selama hampir 20 tahun sering membaca buku biografi seseorang, pada umumnya sampulnya umumnya memakai foto profil orang yang dibuat biografi, atau kampung halamannya. Untuk pertama kali, saya (Aleksander Mangoting) membaca buku biografi pendeta dengan sampul seekor kuda putih.

Dengan rasa penasaran, maka buku itu hanya dalam tidak cukup 1X24 jam selesai saya baca. Dan memang dari uraian perjalanan sang “kuda binal” yang melayani di rumah Tuhan sebagai seorang pendeta, yang awalnya dia tidak bersedia, tapi Tuhan memanggil sang kuda binal itu.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home