Loading...
BUDAYA
Penulis: Kris Hidayat 12:26 WIB | Selasa, 12 November 2013

Lurah Susan Jasmine Berpuisi di Peluncuran Buku Novriantoni Kahar

Lurah Susan Jasmine Berpuisi di Peluncuran Buku Novriantoni Kahar
Lurah Susan Jasmine tengah membacakan puisi. (Foto: twitter @novri75)
Lurah Susan Jasmine Berpuisi di Peluncuran Buku Novriantoni Kahar
Novriantoni Kahar, Lurah Susan Jasmine dan Sacha Stevenson. (Foto: Kris Hidayat)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Lurah Susan Jasmine membaca puisi. Ia melakukannya dalam peluncuran buku Imaji Cinta Halima, Lima Kisah Kasih dalam Pergumulan Agama, karya Novriantoni Kahar. Susan membacakan puisi khusus yang dibuat untuknya, puisi tersebut berjudul, "Agama yang Aku Damba." Kehadiran Susan ini melengkapi acara peluncuran buku Novriantoni Kahar yang memasang tema: "Malam Sajak, Agama, Perempuan,Diskriminasi". Acara di Kafe Pisa Mahakam, Jakarta, Senin (11/11) malam.

Sebelum membacakan puisi, Lurah Susan yang mengaku baru pertama kali membaca puisi dalam kesempatan seperti itu, dirinya tidak pandai berpuisi, namun ini adalah tantangan yang tidak bisa ditolaknya. Lurah Susan juga menceritakan tantangan-tantangan yang dihadapinya ketika awal menjabat sebagai Lurah. Baginya, dengan pengalaman membaca puisi, pada acara tersebut, Lurah Susan Jasmine menyatakan terharu, atas dukungan yang besar dari yang diperolehnya, dan menjadi dorongan untuk bekerja dengan lebih semangat lagi.

Berikut ini adalah Puisi karya Novriantoni Kahar, yang dibuat untuk khusus dibacakan oleh Lurah Susan Jasmine:

Agama yang Aku Damba

Agama yang aku damba,
ceria pagi pergi bekerja. Bertahan lama,
sampai titik kembali bekerja.

Agama yang aku damba,
senyum layanan ramah tanpa menunda,
yang berurusan tak datang layaknya menghamba.

Agama yang aku damba,
rasa terhina kala suap tiba,
meski liur terjulur dan menetes oleh aroma angka-angka.

Agama yang aku damba,
sampah yang menyurukkan muka,
malu kepada got dan selokan yang masih mengalir lancar jaya.

Agama yang aku damba,
taman-taman kota yang tertata,
pepohon-dedaunan rimbun yang setia menghibur si hati iba.

Agama yang aku damba,
air hujan yang mengalir riang gembira,
enggan singgah membawa murka ke dalam gubuk-gubuk warga.

Agama yang aku damba,
pengajian dan kebaktian yang menyejukkan kepala,
kearifan sosial yang berniat dan bergiat merangkul semua.

Agama yang aku damba,
wahai engkau yang bertanya,
bisa kau tambah, dan engkau perindah.

Agama yang aku damba,
wahai engkau yang masih bertanya,
tak perlu firman, tak perlu sabda.

Itulah agama yang aku damba.
Itulah agama yang kuharap,
juga kau damba.

Jakarta, 10 November 2013.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home