Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 11:01 WIB | Senin, 10 November 2014

Bupati Simalungun: Siapa Saja Dapat Dikatakan Pemuda

Bupati Simalungun: Siapa Saja Dapat Dikatakan Pemuda
Wali Kota Manado, Vicky Lumentut dan Bupati Simalungun, J.R Saragih (mengenakan rompi adat Nias berwarna merah). (Foto-foto: Prasasta Widiadi).
Bupati Simalungun: Siapa Saja Dapat Dikatakan Pemuda
Tari perang dipentaskan saat menyambut kedatangan para pejabat daerah saat penutupan PRPG 2014 di Pantai Sirombu, Kabupaten Nias Barat.

SIROMBU, SATUHARAPAN.COM –  Jopinus Ramli (J.R) Saragih, Bupati Simalungun, Provinsi Suamtera Utara mengatakan laki-laki atau perempuan dalam berbagai rentang usia dapat disebut pemuda. 

Hal ini dia kemukakan saat memberi kata sambutan di hadapan warga Pantai Sirombu yang hadir pada Penutupan Pekan Raya Pemuda Gereja (PRPG) pada Sabtu (8/11) di Pantai Sirombu, Kabupaten Nias Barat.   

“Kalau kita melihat motivasi seorang pemuda, maka saat ini terdapat salah pengertian tentang generasi muda kenapa saya katakan pemuda salah dijabarkan, karena kita terjebak dalam definisi budaya,” kata Jopinus Ramli Saragih.

Jopinus memberi pengertian pemuda menurut versinya sendiri.  

“Pemuda dalam pengertian saya adalah usia dimana seseorang laki-laki maupun perempuan mulai takut akan Tuhan. Jadi, anak SD boleh atau tidak menjadi pemuda, boleh,” Jopinus menambahkan.

“Saat ini jangan kita salah menafsirkan tentang generasi muda, karena bisa jadi anak SD memiliki kecerdasan yang lebih dari anak SMP bisa saya bilang sebagai pemuda, saya bisa bilang begitu karena anak SD itu cerdas di bidang etika atau sopan santun,” Jopinus menambahkan.

Jopinus memberikan tips bahwa kesuksesan tidak harus dimulai saat seseorang selesai menamatkan studi di perguruan tinggi, namun dari usia berapa pun juga.

Seusai J.R Saragih menyampaikan ceramah tentang kepemudaan, panitia penutupan PRPG bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Nias Barat menggelar Tari Hulufahasa yang dipentaskan 25 penari  yang terdiri atas 18 perempuan dan sembilan laki-laki. Mereka mengenakan seragam tradisional Nias. Para penari perempuan ada yang menggunakan rok dan kemeja hitam, tidak ketinggalan rompi berwarna keemasan bercampur oranye, sementara mahkota atau topi daerah berwarna kuning bercampur keemasan.

Para penari laki-laki mengenakan celana panjang hitam, dan kemeja putih dengan rompi hitam, dan ada juga yang tanpa mengenakan rompi, tetapi sama-sama mengenakan kemeja putih.

Tari dimulai para penari laki-laki dan perempuan yang berbaris berbanjar dan kemudian ada yang berbaris di  sebelah kiri dan kanan, beberapa saat kemudian mereka bergerak perlahan-lahan berjalan membuka formasi ke kanan dan ke kiri.

Gerakan tari ini mirip dengan kebiasaan memberi sekapur sirih kepada tamu atau pejabat daerah, tetapi pada bagian ini  tontonan bela diri tradisional suku Nias yang dipentaskan di hadapan para pejabat

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home