Loading...
SAINS
Penulis: Dedy Istanto 15:13 WIB | Senin, 03 Februari 2014

Burung Ibis Karau Terancam di Lahan Basah

Burung Ibis karau (Pseudibis davisoni) yang kini statusnya kritis terancam (critically endangered) mendekati kepunahan. (Foto : www.arkive.org/ Jonathan C Eames/ Birdlife Indochina).

BOGOR, SATUHARAPAN.COM – Peringatan Hari Lahan Basah Dunia (World Wetlands Day) yang jatuh setiap tanggal 2 Februari, ditandai Indonesia dengan turut andil dalam menyikapi permasalahan yang terjadi di ekosistem lahan basah. Salah satunya memberikan perhatian pada keberadaan jenis burung Ibis karau (Pseudibis davisoni) yang kini statusnya kritis, terancam hidup di lahan basah, seperti bisa dibaca di siaran pers yang dikeluarkan oleh Burung Indonesia, Minggu (2/2).

Jihad dari Burung Indonesia menjelaskan, burung Ibis karau merupakan jenis burung air yang hidup dalam kelompok kecil. Ukurannya sekitar 75 centimeter, memiliki kepala tanpa bulu, dengan sayap dan tubuhnya yang ditutupi bulu berwarna hitam dan paruh yang kokoh untuk mencari makan di sekitar lahan basah.

Penyebaran burung ini hanya ada di sekitar Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Jumlah populasinya saat ini sekitar 30 sampai dengan 100 ekor dan akan semakin menurun karena habitatnya terancam. Secara global penyebaran burung ini dahulu juga terdapat di China bagian barat daya dan Asia Tenggara, kini terbatas hanya dapat dijumpai di Laos, Kamboja, dan Indonesia (Kalimantan Timur).

Alih fungsi lahan dan perburuan menjadi ancaman serius bagi kehidupan burung Ibis rakau. Data global International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyebutkan saat ini jumlah populasinya diperkirakan sekitar 650 individu dewasa yang masuk dalam kategori critically endangered (kritis terancam), mendekati kepunahan.

Burung air yang hidup di ekosistem lahan basah menjadi sangat penting keberadaannya, karena itu masuk dalam salah satu indikator kualitas bagi lingkungan. Tidak hanya bagi burung, tetapi juga bagi seluruh jenis keragaman hayati yang berada di ekosistem lahan basah.

Keberadaan lahan basah perlu mendapat perhatian serius, baik secara pengelolaan, maupun program pembangunan dengan melihat aspek dari segi konservasi. Hilangnya lahan basah di Indonesia yang luasnya sekitar 40 juta hektare (ha), meliputi ekosistem laut, muara, rawa, danau dan sungai, akan menyebabkan hilangnya juga fungsi ekologi sebagai bagian dari seluruh kehidupan makhluk hidup lainnya, termasuk manusia. (Sumber: Jihad/ Burung Indonesia)

 

 

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home