Loading...
INDONESIA
Penulis: Febriana Dyah Hardiyanti 20:21 WIB | Rabu, 28 September 2016

Cakap Sore Bersama Warga Bantaran Sungai Ciliwung Bukit Duri

Ibu-ibu warga RT 06 Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, yang tengah membereskan barang-barang perabotan rumahnya, hari Rabu (28/9) sore. (Foto: Febriana Dyah Hardiyanti)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Reporter satuharapan.com hari Rabu (28/9) sore mengunjungi warga di Bantaran Sungai Ciliwung, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, yang mengalami penertiban bangunan lantaran kegiatan bertahap normalisasi Sungai Ciliwung oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Kurang lebih pukul 16.00 WIB, sebagian besar warga yang bermukim di RT 06 nampak sibuk mengemasi barang serta perabotan rumah tangga yang telah dikumpulkan sebelum pembongkaran bangunan oleh alat berat yang dikawal oleh Satpol PP mulai pagi hari.

Lalu, satuharapan.com membuka obrolan dengan salah satu ibu yang terlihat berpakaian paling rapi dan bersikap tenang sambil berdiri memandangi puing-puing bangunan di hadapannya.

“Rumah yang saya kontrak selama 20 tahun akhirnya sudah rata dengan tanah sekarang. Baru dikabari anak saya tadi siang makanya langsung menengok ke sini,” kata ibu bernama Fatimah itu.

Fatimah merupakan warga RT 06 yang sebelumnya telah berpindah dan pulang kembali ke kampungnya di Bogor saat ia telah menerima SP2 dari pemerintah mengenai penertiban bangunan di bantaran Sungai Ciliwung.

Ia mengaku telah mengontrak rumah berlantai dua yang ia tinggali bersama tiga anaknya dengan membayar Rp 600.000 per bulannya kepada pemilik bangunan.

“Ini memang bukan rumah saya sendiri. Saya mengontrak dan membayar sebesar Rp 600.000 per bulan termasuk uang airnya,” ujar Fatimah.

Sejak berpindah rumah, ia dan anak-anaknya telah ikhlas dan berpasrah dengan keputusan yang diambil pemerintah.

“Saya tidak apa-apa, cuma jadi teringat bagaimana saya mengasuh anak-anak saya dari lahir hingga dewasa di lingkungan ini. Sedihnya hanya di situ,” katanya.

Lain dengan Fatimah, Ketua RT 06 Bukit Duri, Suharti, nampak masih belum terima dengan penertiban di kawasan tersebut. Ia berkali-kali tampak bergumam sendiri mengungkapkan kekesalannya yang terlihat mendalam. Sambil membereskan barang-barangnya untuk dinaikkan ke mobil pick-up, ia mengatakan tak akan mau berpindah ke rumah susun (Rusun) karena terlanjur kecewa dengan Pemerintah.

“Saya sangat kecewa, mbak. Saya dan keluarga tidak akan mau dipindah ke rusun, lebih baik pulang kampung saja. Kami sungguh kecewa,” ujar Suharti kepada satuharapan.com sambil menahan tangis.

Satuharapan.com juga menemui seorang nenek yang tengah menggendong cucunya yang masih bayi. Nenek yang mengaku bernama Yana itu bertutur bahwa ia telah lama menjadi penduduk tetangga dari RT 06 Bukit Duri. Sore itu ia hanya melihat keadaan yang dialami warga yang terkena penertiban.

“Saya bukan tinggal di sini. Rumah saya aman, karena bukan di atas tanah perairan Sungai Ciliwung melainkan di atas tanah PT KAI. Jadi tidak kena gusur,” ucap Yana.

Yana mengatakan telah tinggal di kawasan yang berdekatan dengan lokasi penertiban tersebut selama 57 tahun sehingga sedikit banyak mengetahui riwayat tanah perairan Sungai Ciliwung.

“Saya dari lahir sudah tinggal di dekat sini. Dulunya, sebelum ada bangunan rumah di atasnya, tanah ini adalah Sungai Ciliwung yang mengering dan banyak ditumbuhi pohon-pohon bambu. Tak lama berselang, oleh pemilik yang kebanyakan adalah para pendatang, diberi petak-petak agar bisa disewakan sebagai tempat tinggal kepada sekitar 40 KK warga Bukit Duri RT 06,” tuturnya.

Yana menyayangkan warga yang hingga hari ini tetap bersikeras tak mau direlokasi ke rusun. Menurutnya, alasan mereka tak mau dipindahkan dirasa tidak mungkin terjadi.

“Mereka yang sebagian menolak untuk pindah ke rusun masih yakin kalau akan mendapatkan uang ganti rugi dari pemerintah, padahal tidak mungkin terjadi. Mereka hanya mengontrak dan tidak ada bukti kepemilikan tanah,” tuturnya.

Yana yang menyaksikan penertiban menyatakan bahwa proses berjalan tanpa adanya bentrokan atau perlawanan dari warga.

“Tadi bongkarnya tertib, karena kan sebagian warga sudah berpindah ke Rusun Rawa Bebek di Jakarta Timur. Jadi lancar dan terkendali tadi,” katanya.

Dari pantauan satuharapan.com, hingga hari ini di RT 06 Bukit Duri masih berdiri beberapa bangunan rumah serta satu masjid. Diketahui dari warga yang masih mendiami salah satu rumah, bangunan yang masih berdiri di sana usai seminggu ke depan juga akan ditertibkan.

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home