Loading...
BUDAYA
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 11:06 WIB | Jumat, 20 Maret 2015

Cerpenis Eka Kurniawan: Cerpen Dapat Perangi Ekstremisme

Eka Kurniawan (paling kiri) saat konferensi pers peluncuran dua buku kumpulan cerpen “Semua Orang Pandai Mencuri” dan “Pesan Untuk Kekasih Tercinta” di Dream Plaza Indonesia Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat, Kamis (19/3). (Foto: Diah A.R)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Penulis cerita pendek (cerpen) Eka Kurniawan berpendapat bahwa gerakan-gerakan radikalisme atau ekstremisme bisa diperangi dengan menggunakan cerpen. Menurutnya, cerpen tidak hanya terbatas pada sebuah karya sastra, tapi juga bagaimana sebuah karya tersebut dapat mempengaruhi pikiran pembacanya.

“Ada banyak agenda dalam politik atau kebudayaan di Indonesia. Misalnya dengan deradikalisasi fundamentalisme. Itu kan bisa lewat produk-produk kebudayaan. Bagaimana kita menyusupkan ide-ide yang berbeda. Sebenarnya sastra atau seni itu kan wilayah perang ide atau gagasan. Gagasan radikalisasi itu harus dilawan dengan gagasan yang lain. Salah satunya adalah berupa sastra,” kata Eka saat menghadiri peluncuran buku kumpulan cerpen Semua Orang Pandai Mencuri dan Pesan untuk Kekasih Tercinta di Dream Plaza Indonesia Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat, Kamis (19/3).

Eka yang merupakan salah satu penulis cerpen dalam majalah pria Esquire itu juga berpendapat kalau pemerintah tidak kreatif dalam memberantas ekstremisme, atau bahkan mengabaikan bibit radikalisme tersebut, berarti pemerintah sudah gagal dalam membangun bangsa ini.

“Pemerintah tidak hanya harus mengirim Densus 88 tapi juga harus memerangi di segala bidang seperti kesenian. Dalam bidang tulis menulis sendiri itu pernah dilakukan di Jerman saat melakukan peperangan terhadap komunis. Mereka secara khusus membuat tim dan mengeluarkan banyak uang untuk para penulis membuat jurnal atau novel. Kita bisa lihat hasilnya sekarang paham komunis sudah berkurang. Saya nilai mereka berhasil memerangi komunisme melalui kesenian.”

Namun, Eka juga tidak dapat menepis fakta bahwa minat baca orang Indonesia memang terbilang rendah. Hanya kalangan tertentu yang suka membaca. Menurutnya yang harus dilakukan pemerintah adalah mendirikan perpustakaan di seluruh Indonesia dari wilayah provinsi hingga ke pelosok desa. Dia yakin bahwa ini merupakan investasi jangka panjang yang akan dapat dilihat hasilnya di kemudian hari dan dapat mencegah pola pikir fundamentalis yang berkembang di masyarakat.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home